1
1

IHSG Terus Lesu, Berpeluang Kembali ke Level 6.000?

Ilustrasi. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa waktu belakangan belum membuat para investor tersenyum lebar karena lebih sering mengalami koreksi. Bahkan, indeks acuan saham Indonesia tergerus 1,68 persen ke level 7.164 pada akhir perdagangan Selasa, 16 April 2024.

Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, saat ini pergerakan IHSG masih rawan koreksi. Akan tetapi, menurutnya, kecil kemungkinan untuk tembus ke level 6.000.

“Dalam jangka pendek, kami mencermati pergerakan IHSG berpeluang menguat terlebih dahulu untuk uji area 7.214-7.309, di mana area 7.214 saat ini sudah tercapai pada pembukaan perdagangan,” jelas Herditya, kepada Media Asuransi, Rabu, 17 April 2024.

Untuk koreksi IHSG kemarin, lanjut Herditya, terjadi karena beberapa faktor. Pertama, tingkat inflasi AS yang masih berada diangka 3,5 persen secara tahunan pada Maret 2024. Hal tersebut, ia menilai, menyebabkan kekhawatiran bahwa The Fed akan menunda pemangkasan tingkat suku bunga utamanya.

|Baca juga: Perdagangan Pagi: IHSG Merekah, Rupiah Jebol ke Rp16.239/US$

Kedua, kondisi ekonomi AS dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi mengakibatkan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke level 4,6 persen atau kembali naik. Ketiga, meningkatnya DXY yang juga menjadi faktor penekan rupiah ke area Rp16 ribu.

Di sisi lain, memanasnya kembali geopolitik di Timur Tengah turut menjadi faktor yang mengakibatkan pergerakan harga komoditas dunia menguat. Lebih lanjut, secara teknikal, Herditya mencermati IDX Energy sedang berada di fase uptrend dan berpeluang melanjutkan penguatannya ke rentang area Rp2.226-Rp2.235 terlebih dahulu.

Dengan tertekannya nilai tukar rupiah terhadap US$, dia memperkirakan, hal tersebut akan merugikan emiten-emiten yang memiliki nilai impor yang yang besar serta utang dalam bentuk dolar. “Biasanya, terdampak ke sektor farmasi seperti KLBF, KAEF, dan INAF, serta sektor makanan dan minuman seperti ICBP dan INDF,” jelas Herditya.

Sedangkan untuk sektor-sektor yang diuntungkan, Herditya mengatakan, biasanya akan terdampak pada emiten komoditas seperti migas yang berbasis ekspor.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Perdagangan Pagi: IHSG Merekah, Rupiah Jebol ke Rp16.239/US$
Next Post Peringkat Kereta Api Indonesia (KAI) dan Obligasinya Ditegaskan idAAA Prospek Stabil

Member Login

or