Media Asuransi, JAKARTA – Bukalapak.com Tbk (BUKA) memutuskan untuk menutup layanan marketplace barang fisik mulai bulan depan dan fokus ke produk virtual. Direktur sekaligus Chief Financial Officer Victor Lesmana menuturkan, keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kontribusi pendapatan bisnis tersebut yang terus menurun dalam tiga tahun terakhir.
“Di sisi lain, biaya operasional terus menunjukkan peningkatan yang signifikan,” ujarnya dalam Public Expose Insidentil yang dilakukan secara daring, Kamis, 16 Januari 2025.
Baca juga: Tutup Layanan Penjualan Fisik, Bos Bukalapak (BUKA): Tak Ada Potensi Class Action dari Pelapak
Laporan keuangan per September 2024, Bukalapak membukukan pendapatan konsolidasi Rp3,99 triliun. Angka ini hanya naik 1,82% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp3,34 triliun.
Dari nilai tersebut, sebesar Rp1,74 triliun atau setara sekitar 51,07% berasal dari segmen marketplace. Sedang segmen online to offline (O2O) berkontribusi senilai Rp1,66 triliun. Dalam O2O Bukalapak sebagai perantara penjual dan pembeli dimana pembeli mengambil sendiri barang secara fisik di toko fisik penjual yang merupakan mitra Bukalapak.
Baca juga: Bukalapak (BUKA) Catat EBITDA Minus Rp168 Miliar di Kuartal III/2024
Ke depan, Bukalapak akan fokus ke produk-produk virtual ini memiliki volume perputaran dan take rate yang beraneka ragam.
“Kami menilai bahwa pengembangan produk virtual telah berjalan dengan baik dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari dampak positif yang diberikan bisnis ini pada posisi keuangan Perseroan, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan Perseroan.
Produk digital atau virtual yang ditawarkan Bukalapak antara lain pulsa atau kuota internet, token listrik, ebook, evoucher, ecomic, investasi, games, pinjaman online, asuransi dan e-course.
Victor optimistis fokus ke produk virtual akan menghasilkan profitabilitas karena Indonesia memiliki potensi besar dalam pasar produk virtual.
“Mengingat tingginya penetrasi internet dan adopsi layanan digital di masyarakat. Dengan populasi muda yang melek teknologi dan semakin meningkatnya kebutuhan akan transaksi digital, kami optimis produk virtual memiliki ruang pertumbuhan yang signifikan,” pungkasnya.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News