Media Asuransi, JAKARTA – Purchasing Managers’ Index (PMI) IHS Markit mencatat kondisi manufaktur di seluruh wilayah ASEAN stabil selama akhir bulan triwulan ketiga.
Ekonom IHS Markit, Lewis Cooper, mengatakan akhir bulan triwulan ketiga menyaksikan kondisi manufaktur ASEAN stabil setelah tiga bulan penurunan. Output menurun pada tingkat yang jauh lebih lambat, dan tergolong fraksional, dengan permintaan baru yang secara umum tidak berubah pada bulan ini.
“Kinerja yang sedikit meningkat terbantu oleh kembalinya pertumbuhan di sektor manufaktur tiga dari tujuh negara konstituen – Singapura, Indonesia dan Filipina — dengan tingkat penurunan yang berkurang di negara-negara lainnya, kecuali Vietnam,” jelasnya.
Secara keseluruhan, menurutnya, sektor masih belum stabil pada bulan September. Tekanan inflasi menambah risiko penurunan, dengan data terkini yang menyoroti kenaikan paling tajam pada beban biaya selama hampir delapan tahun.
|Baca juga: PMI Manufaktur Terkontraksi, Pemerintah Perkuat Pemulihan Ekonomi
Pembatasan Covid-19 dan peningkatan kasus di beberapa bagian wilayah terus berdampak buruk pada produsen barang, dan sampai pembatasan ini berkurang, akan sulit untuk menyaksikan kembalinya pertumbuhan di sektor manufaktur.
Setelah penurunan besar pada bulan Agustus, baik output maupun permintaan baru menurun pada tingkat yang jauh lebih lambat, dengan permintaan baru secara umum stabil pada bulan September karena masing-masing indeks yang disesuaikan secara berkala tercatat tepat di bawah angka netral 50,0.
Headline PMI tercatat di angka 50,0 yang memisahkan antara ekspansi dengan kontraksi selama bulan September, naik dari rekor rendah 14 bulan di angka 44,5. Hal ini menandakan tidak ada perubahan pada kondisi manufaktur bulan ini, sehingga mengakhiri periode penurunan tiga bulan.
Namun, rekor rata-rata selama triwulan ketiga, yaitu pada 46,3, merupakan angka terendah sejak triwulan kedua tahun 2020 dan merupakan yang terendah kedua dalam catatan rekor. Tiga dari tujuh negara konstituen ASEAN mencatat peningkatan pada kesehatan sektor manufaktur mereka masing-masing selama bulan September.
Peningkatan terkuat terlihat di Singapura, di mana headline PMI naik tajam dari angka 44,3 pada bulan Agustus menjadi 53,4 pada bulan September, menandakan ekspansi tingkat solid.
|Baca juga: PMI Manufaktur Turun, BKF: Indonesia Tak Sendirian
Disusul oleh Indonesia, yang mencatat peningkatan pertama pada kesehatan sektor produksi barang sejak bulan Juni.
Indeks headline (52,2) merupakan indikasi perbaikan tingkat sedang pada kondisi secara keseluruhan. Satu-satunya negara lain yang melihat peningkatan pada sektor manufaktur mereka adalah Filipina.
Di sini, PMI (50,9) kembali ke wilayah ekspansi setelah kontraksi cepat pada bulan Agustus, dengan tingkat pertumbuhan tercepat sejak bulan Maret, namun masih tergolong marjinal secara keseluruhan.
Sementara itu, Thailand mencatat penurunan lebih lanjut pada kondisi manufaktur pada bulan September, karena permintaan klien yang masih lemah, meski ada kenaikan output di tengah situasi pandemi yang sedikit membaik.
Walaupun demikian, indeks headline (48,9) menunjukkan tingkat kontraksi paling lambat selama tiga bulan. Sama halnya di Malaysia, tingkat kontraksi menurun hingga paling lambat pada periode empat bulan penurunan (PMI: 48,1) selama akhir bulan pada triwulan ini.
Di sisi lain, Myanmar juga menyaksikan tingkat penurunan yang lebih lambat selama bulan September, meskipun di angka 41,1 PMI masih mengindikasikan penurunan cepat pada kondisi manufaktur.
Terakhir, kontraksi empat bulan berturut-turut tercatat di Vietnam selama bulan September, karena sektor terus terdampak oleh gelombang pandemi Covid-19 saat ini dan tindakan penanggulangan berkelanjutan. PMI tidak berubah dari angka bulan Agustus yaitu 40,2, dan menandakan penurunan tercepat gabungan kedua pada kesehatan sektor sejak survei dimulai pada bulan Maret 2011.
Secara keseluruhan, sektor produksi barang masih belum stabil pada bulan September. Output terus menurun, meskipun hanya pada kisaran fraksional, permintaan baru mulai stabil, namun gagal untuk kembali bertumbuh.
Akibatnya, PHK terus berlanjut selama dua puluh delapan bulan berjalan, dengan tingkat penurunan ketenagakerjaan masih tajam. Meski tercatat kenaikan penumpukan pekerjaan. Pada saat yang sama, gangguan pasokan terus berlanjut.
Waktu pemenuhan pesanan input rata-rata kembali diperpanjang, dengan penundaan yang sedikit lebih parah dari bulan Agustus. Tekanan inflasi juga meningkat pada bulan September. Beban biaya meningkat pada kisaran tercepat sejak bulan November 2013, dengan produsen barang yang terus menaikkan biaya rata-rata mereka pada laju terkuat selama lebih dari tujuh tahun. (Edi)
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News