Media Asuransi, GLOBAL – Perkembangan seperti kembalinya inflasi yang tak terduga, kenaikan suku bunga yang cepat, krisis perbankan regional Amerika Serikat (AS), peraturan modal bank yang baru, dan munculnya investasi alternatif telah meningkatkan kekhawatiran akan stabilitas keuangan dan risiko likuiditas.
“Faktor-faktor ini telah menghidupkan kembali pengawasan di sektor asuransi, khususnya mengenai manajemen risiko likuiditas,” ungkap laporan dari Geneva Association, dikutip dari Insurance Asia, Kamis, 11 Juli 2024.
|Baca juga: 8 Asuransi dan Reasuransi dalam Pengawasan Khusus OJK
Asosiasi Pengawas Asuransi Internasional (IAIS) dan Otoritas Asuransi dan Pensiun Kerja Eropa (EIOPA) telah melaporkan stabilitas sektor asuransi dalam publikasi mereka baru-baru ini.
Meskipun ada sedikit penurunan rasio likuiditas, namun stabilitas sektor ini secara keseluruhan tetap terjaga. Badan-badan regulator di seluruh dunia semakin meningkatkan fokus mereka pada manajemen risiko likuiditas, terutama pada asuransi jiwa, sehingga diperlukan perspektif yang diperbarui mengenai masalah ini.
|Baca juga: 6 Rekomendasi Saham Pilihan dari BNI Sekuritas dan Prediksi IHSG Hari Ini
Produk asuransi memiliki karakteristik likuiditas yang unik, seperti sifat prabayar dan likuiditas kewajiban yang terbatas. Pendekatan investasi yang digerakkan oleh liabilitas di sektor ini biasanya melindungi dari risiko likuiditas.
Faktor-faktor utama yang memengaruhi risiko likuiditas pada tingkat produk meliputi:
- Desain produk: Apakah produk dirancang untuk mengakumulasi modal (dengan atau tanpa jaminan), menawarkan perlindungan murni, atau keduanya.
- Penalti pengunduran diri: Hal ini secara signifikan memengaruhi kemungkinan penyerahan polis, yang berdampak pada risiko likuiditas.
Sektor asuransi telah menunjukkan ketahanan terhadap tes stres baru-baru ini seperti kenaikan suku bunga yang cepat, berkat desain produk yang kuat, diversifikasi, kerangka kerja peraturan yang efektif, dan praktik manajemen risiko aset dan likuiditas yang kuat.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News