Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan asuransi diharapkan memfokuskan perhatian pada underwriting dan pemilihan risiko yang cermat. Menurut catatan S&P Global Ratings, peringkat perusahaan asuransi di Asia-Pasifik diperkirakan tetap stabil, meskipun kondisi ekonomi dan perubahan mendasar memberikan tekanan pada pendapatan.
Analis Kredit S&P Global Ratings Craig Bennett mengatakan dengan bank sentral di seluruh Asia-Pasifik berencana untuk menyesuaikan suku bunga pada waktu yang berbeda maka nilai relatif aset dan pengembalian, serta biaya lindung nilai, dapat bergerak.
“Pertumbuhan ekonomi yang melambat dapat berdampak pada retensi polis, premi baru, dan kualitas kredit investasi,” ujarnya, dikutip dari laman Insurance News, Kamis, 7 Februari 2024.
Bennett menambahkan perusahaan asuransi diharapkan fokus pada underwriting dan pemilihan risiko yang bijak untuk menghadapi tantangan tersebut. Menurut komentar bergaya chartbook dari S&P berjudul ‘Tren Sektor Asuransi Asia-Pasifik: Kembali ke Dasar-Dasar saat Arus Bawah Muncul‘, tren kredit di sektor asuransi di wilayah tersebut dinilai stabil.
|Baca juga: Prudential Indonesia Siap Terapkan PSAK 117
Kondisi itu dengan 98 persen perusahaan asuransi yang mendapatkan peringkat mempertahankan pandangan stabil. Penyesuaian kebijakan moneter oleh bank sentral utama dapat meningkatkan volatilitas pasar modal. Perusahaan asuransi di Jepang dan Taiwan dihadapkan pada risiko terkait pergerakan aset dan valuta asing, yang memengaruhi buffer modal.
Seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi, perusahaan asuransi diharapkan lebih memprioritaskan pengawasan risiko investasi. Tekanan kredit di sektor properti dan investasi alternatif dapat mendorong perusahaan asuransi untuk mengevaluasi kembali keseimbangan risiko-imbal hasil dan menjadi lebih selektif.
Diskusi perubahan iklim dan keuangan berkelanjutan munculkan risiko ganda bagi perusahaan asuransi, baik underwriting maupun investasi. Kejadian cuaca ekstrem dapat meningkatkan klaim bagi perusahaan reasuransi properti dan kecelakaan, sementara biaya reasuransi yang lebih tinggi dan anggaran bencana yang berkembang dapat memengaruhi keuntungan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News