Media Asuransi – Secara umum kinerja Asuransi Syariah mencatatkan kontribusi positif di tengah terjangan Pandemi Covid-19. Tercatat, sepanjang tahun 2020 kontribusi bruto berhasil merangkum Rp17,34 triliun atau setara 3,83 persen secara year on year (yoy). Dari angka tersebut, Asuransi Jiwa Syariah masih menjadi primadona dan pilihan utama masyarakat dengan mencatatkan kontribusi bruto terbesar bagi kinerja asuransi syariah pada 2020 dengan mencatatkan pertumbuhan kontribusi bruto sebesar 6,62 persen (yoy) menjadi Rp14,85 triliun.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Erwin Noekman memaparkan Kinerja Asuransi Syariah sepanjang 2020 secara umum masih mencatatkan kinerja positif ditengah terpaan pandemi Covid-19. Kinerja positif tersebut secara umum dipengaruhi oleh strategi yang tepat baik dari sisi investasi maupun penempatan dana yang tepat oleh dilakukan industri.
“Secara umum, tren kinerja tergambar pada asuransi jiwa syariah yang membukukan hasil investasi sebesar Rp288 miliar atau 84,42 persen secara tahunan (year on year/yoy) yang dipengaruhi kinerja pasar modal yang kurang kondusif sepanjang 2020. Sedangkan hasil investasi asuransi umum syariah juga terdongkrak secara positif sebesar 6,58 persen (yoy) menjadi Rp259 miliar. Salah satu faktor pertumbuhan itu karena penempatan dana yang lebih konservatif yakni pada SBN Syariah dan deposito,” kata Erwin Noekman dalam paparan kinerja Industri Asuransi Syariah 2020 secara virtual di Jakarta, 15 Februari 2021.
Baca Juga:
- NH Sekuritas: Optimisme Pasar Berlanjut
- MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 16 Februari 2021
- Reliance Sekuritas: IHSG Berpotensi Lanjutkan Penguatan
Dalam Paparannya, Erwin menjelaskan dilihat dari masing-masing Industri, kinerja asuransi jiwa syariah pada 2020 dengan mencatatkan pertumbuhan kontribusi bruto sebesar 6,62 persen (yoy) menjadi Rp14,85 triliun. Asuransi jiwa syariah juga telah mencatatkan pembayaran klaim sebesar Rp11,44 triliun atau naik 24,68 persen (yoy).
Sedangkan kinerja Asuransi Umum Syariah mengalami anomaly, dimana kontribusi bruto asuransi umum syariah mengalami penurunan 11,39 persen (yoy) menjadi Rp1,67 triliun, meskipun dari sisi rasio klaim terhadap kontribusi bruto levelnya meningkat menjadi 74,50 persen bila dibandingkan pada akhir 2019 yang hanya mencatatkan sebesar 63,48 persen. Dari sisi klaim, asuransi umum syariah juga menhalami penurunan menjadi Rp641 miliar atau setara 11,70 persen (yoy).
Sementara itu, pada Reasuransi Syariah, masih sedikit beruntung dengan catatan positifnya dibanding Asuransi Umum Syariah, reasuransi tercatat masih mampu bangkit dengan kontribusi bruto sebesar Rp109 miliar dengan total klaim sebesar Rp12,92 triliun atau meningkat 21,83 persen (yoy). “Secara umum terjadi fluktuasi untuk di bulan-bulan tertentu yang mengalami peningkatan cukup tinggi. Seperti pada klaim reasuransi syariah, secara umum hingga akhir tahun relatif stabil kendati terdapat lonjakan dua kali lipat pada November 2020,” katanya.
Dalam catatan AASI, lanjut Erwin industri asuransi syariah secara umum tetap menunjukan optimismenya di sepanjang tahun 2020. Hal ini terbukti dari catatan kinerja 2020 yang secara umum mencatatkan pertumbuhan positif. “Kami mencatat, kontribusi bruto pada bulan Desember 2019 tercatat sebesar Rp2,22 triliun. Sedangkan titik terendah kontribusi bruto sepanjang 2020 dicatatkan pada bulan Juni sebesar 1,25 triliun. Tren baik melingkupi kinerja saat memasuki September 2020, kontribusi bruto mulai bergerak naik menjadi Rp1,48 triliun dan kenaikan terus berlanjut pada November sebesar Rp1,74 triliun dan Desember sebesar Rp1,96 triliun,” papar Erwin.
Baca Juga:
- Garda Oto Terpilih Kembali Menjadi Asuransi Mobil Terbaik 2021
- Pandemi Covid-19 Picu Ketimpangan si Kaya dan si Miskin Melebar
- CIMB Niaga dan Genesis Salurkan Pendanaan bagi Start-Up Indonesia
AASI juga mencatat, tingkat pengembalian investasi (return on investment/ROI) asuransi syariah per Desember 2020 tercatat sebesar 2,32 persen. Dari sisi, tingkat pengembalian atas aset (return on asset/ROA) dana perusahaan asuransi syariah di level 5,59 persen. Sederet pencapain tersebut menggiring perolehan laba usaha asuransi syariah terkoreksi 80,57 persen (yoy) menjadi sebesar Rp792 miliar. Dari sisi lainnya, penetrasi asuransi jiwa syariah meningkat tipis dari 0,110 persen di Desember 2019 menjadi 0,113 persen di 2020. Sedangkan densitas asuransi syariah sebesar Rp63.987 di akhir 2020, meningkat dibandingkan akhir 2019 sebesar Rp62.310.
Dikesempatan sama, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Industri Asuransi Jiwa Syariah AASI Haryo Pamungkas menjelaskan dari sisi investasi Industri Asuransi Syariah meraup hasil investasi sebesar Rp 656 miliar sepanjang tahun 2020. Kendati turun 70,08 persen dibandingkan perolehan akhir 2019 sebesar Rp2,19 triliun, nilai tersebut terus bergerak membaik.
“Industri Asuransi Syariah masih mengandalkan dua komponen investasi maupun penempatan dana di pasar modal, SBN Syariah dan deposito. Seperti kita ketahui bersama kinerja pasar modal yang kurang kondusif sepanjang 2020 cukup memberikan pengaruh terhadap industri. Sedangkan hasil investasi pada SBN Syariah dan Deposito cukup baik. Keduanya banyak digunakan oleh Asuransi Umum Syariah,” jelas Haryo.
Dalam catatannya, sepanjang tahun 2020, hasil investasi dari bulan ke bulan mengalami koreksi secara positif sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. Tepatnya pada Maret 2020 sempat mengalami menyusut secara negatif Rp4,01 triliun. Kemudian bergerak membaik menjadi negatif Rp2,35 triliun pada Juni 2020. Tren positif itu berlanjut di September 2020 menjadi sebesar negatif Rp 1,92 triliun. Kembali menguat signifikan pada November 2020 menjadi negatif Rp189 miliar hingga pada akhirnya ditutup positif pada Desember 2020 menjadi sebesar Rp656 miliar.
“Alhamdulillah seiring dengan membaiknya pasar modal dan pemulihan kembali ekonomi di kuartal III dan IV-2020 pertumbuhan investasi mengalami pertumbuhan yang cukup baik,” ungkap Haryo.
Dalam paparannnya, Haryo mengungkapkan tren pada hasil investasi juga sejalan dengan total investasi industri asuransi syariah mengalami penurunan tajam pada kuartal I-2020 menjadi sebesar Rp35,13 triliun. Namun demikian, sejak saat itu total investasi secara konsisten tumbuh hingga Desember 2020 menjadi Rp37,34 triliun, meskipun secara tahunan masih lebih rendah 6,29 persen (yoy).
Dalam komposisinya, lanjut Haryo, saham syariah menyumbangkan porsi paling besar yakni 35,05 persen. Diikuti reksa dana syariah sebesar 22,27 persen, deposito 18,15 persen, SBN Syariah 17,95 persen, sukuk 6,13 persen, dan lainnya 0,45 persen. Dengan demikian, investasi pada pasar modal mencapai 81,40 persen, instrumen investasi di perbankan syariah 18,40 persen, dan lainnya 0,45 persen.
“Alhamdulillah, pada akhir tahun 2020 dan masih dalam situasi pandemi Covid 19 dari sisi investasi industri asuransi syariah tetap sustainable. Hal ini dapat dilihat dari ketahanan industri asuransi syariah unutuk mendulang total kontribusi tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan walau pasca Rencana Kerja Pemisahan Unit Syariah (RKPUS),” pungkas Haryo. One
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News