PT BNI Syariah membukukan pertumbuhan laba bersih 37,42 persen, dari Rp156,62 miliar di kuartal ketiga 2015 menjadi Rp215,23 miliar di kuartal ketiga 2016. Direktur Utama BNI Syariah Imam T Saptono menjelaskan bahwa pertumbuhan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan yang kualitasnya masih tetap terjaga, peningkatan komposisi rasio dana murah, dan kontribusi dari pendapatan berbasis komisi (fee based income). Pada periode ini, pembiayaan yang disalurkan BNI Syariah mencapai Rp19,53 triliun atau meningkat sebesar 15,09 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp16,77 triliun.
Dari total pembiayaan yang disalurkan, porsi terbesar masih di sektor konsumer yang mencapai Rp10,44 triliun atau 53,45 persen. Kemudian yang 22,55 persen atau sebesar Rp4,4 triliun merupakan ke pembiayaan ritel produktif. Untuk pembiayaan sektor komersial sebesar Rp3,16 triliun atau 16,21 persen, mikro Rp1,14 triliun atau 5,85 persen, dan kartu pembiayaan Hasanah Card sebesar Rp376 miliar atau 1,93 persen. “Alokasi pembiayaan ke sektor konsumer telah turun jika dibandingkan setahun yang lalu. Secara gradual, BNI Syariah memang akan menurunkan proporsi pembiayaan ke sektor konsumer, sesuai dengan arahan OJK,” kata Dirut BNI Syariah dalam jumpa pers di Jakarta, 20 Oktober 2016.
Menurut Imam, pertumbuhan pembiayaan yang tinggi itu telah mendorong peningkatan aset BNI Syariah sebesar 17,88 persen secara year on year (yoy), dari Rp22,75 triliun pada kuartal ketiga 2015 menjadi Rp26,82 triliun di kuartal ketiga tahun ini. “Pertumbuhan aset maupun pembiayaan di kuartal ketiga ini, kami yakini di atas rata-rata industri,” katanya. Ditambahkan bahwa untuk dana pihak ketiga (DPK), terjadi peningkatan sebesar 20,26 persen, dari Rp18,93 triliun di kuartal ketiga 2015 menjadi Rp22,77 triliun di kuartal ketiga tahun ini. Rasio dana murah (current account & saving account/CASA) juga meningkat, yakni dari 43,78 persen menjadi 47,42 persen. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Related Posts
News in Brief
