1
1

Rupiah Juga Lunglai Susul Koreksi Dalam IHSG

Ilustrasi. | Foto: BNI

Media Asuransi, JAKARTA -Tidak hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), setali tiga uang, mata uang Garuda, yaitu rupiah juga melemah terhadap mata uang utama dunia, dolar AS. Kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rabu, 19 Maret 2025,  terutama dipicu oleh rendahnya kepercayaan pelaku pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu siang pukul 12.00 WIB, kurs rupiah diperdagangkan di level Rp16.534 per dolar AS, melemah 106 poin atau 0,65 persen dibandingkan Selasa sore.

|Baca juga: Rupiah Sentuh Level Terendah 5 Tahun Terhadap Dolar

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui laporan OECD Economic Outlook, Interim Report bulan Maret 2025, memproyeksikan ekonomi Indonesia turun dari 5,2 persen menjadi 4,9 persen pada 2025.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 4,9 persen pada tahun 2025 dan 5,0 persen pada tahun 2026,” demikian tulis laporan OECD yang dikutip Rabu, 19 Maret 2025.

OECD mencatat bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami tekanan. Negara-negara di kelompok G20 juga menghadapi tantangan yang sama. Namun, bagi Indonesia, ketergantungan pada ekspor komoditas dan investasi infrastruktur menjadi faktor yang bisa memperbesar dampak perlambatan ekonomi global.

|Baca juga: Cadangan Devisa RI Tergerus Jadi US$154,5 Miliar di Akhir Februari, Dipakai Bayar Utang dan Jaga Rupiah!

Meskipun konsumsi domestik masih menjadi penopang utama, pertumbuhan sektor manufaktur dan hilirisasi sumber daya alam dinilai belum cukup untuk mengimbangi pelemahan ekspor. Selain itu, meskipun stabilitas pasar tenaga kerja dan kenaikan upah minimum dapat menjaga daya beli masyarakat, tetapi masih ada risiko daya beli yang tergerus jika inflasi kembali naik atau harga barang kebutuhan meningkat tajam.

OECD memperkirakan inflasi Indonesia akan tetap terkendali di 1,8 persen pada 2025 sebelum naik menjadi 2,8 persen pada 2026. Meski relatif rendah dibandingkan rata-rata negara G20, tekanan inflasi bisa datang dari harga pangan global dan pelemahan nilai tukar rupiah, yang berisiko meningkatkan harga barang impor. Jika tidak diantisipasi dengan baik, ini bisa menekan daya beli masyarakat lebih dalam.

Editor: Irdiya Setiawan

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Sambut Lebaran 2025, RedDoorz hadirkan #TemanMudik
Next Post CIMB Niaga Syariah Gelar Program Semarak Berkah Ramadan

Member Login

or