1
1

BSI (BRIS) Cetak Laba Rp7,01 Triliun, Tumbuh 22,83% di 2024!

Gedung Bank Syariah Indonesia. | Foto: BSI

Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menutup 2024 dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp7,01 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan double digit sebesar 22,83 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy).

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan Dana Pihak Ketiga (DPK), pembiayaan, dan aset perseroan juga tumbuh double digit. Ia menambahkan 2024 merupakan periode menantang di mana kondisi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian, dengan likuiditas yang ketat dan persaingan pasar yang tinggi.

Di tengah kondisi itu, tambahnya, BSI terus mempertahankan fokus untuk senantiasa agile dan inovatif melalui transformasi digital serta menjaga pertumbuhan pembiayaan yang berkualitas.

|Baca juga: Rebecca Tan Menjadi CEO Generali Indonesia

|Baca juga: Auralusia Rimadiana Resmi Jadi Direktur Zurich Asuransi Indonesia, Berikut Profilnya!

“Alhamdulillah, kinerja yang dicapai menggembirakan bahkan melebihi ekspektasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. BSI, setiap tahun sejak lahir hingga saat ini, selalu tumbuh di atas pertumbuhan industri,” ujar Hery, dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 7 Februari 2025.

Kinerja impresif itu dampak dari implementasi strategi 2024. Pertama, BSI fokus memperbaiki infrastruktur transaction banking dengan meluncurkan BYOND by BSI dan memperbanyak mesin ATM/CRM, EDC, BSI Agent, serta merchant QRIS. Kedua, menggali potensi bisnis model yang baru yakni bisnis berbasis emas, tabungan haji, bancassurance dan bisnis treasury.

Menurut Hery, langkah yang diambil terbukti efektif. BSI berhasil mempertahankan kinerja dengan pertumbuhan yang konsisten di atas industri perbankan, dengan fundamental yang kuat.

Dengan pertumbuhan laba bersih 22,83 persen yoy pada 2024, BSI menjadi salah satu di jajaran Top 10 Bank yang mencatatkan pertumbuhan kinerja tertinggi. Pencapaian laba yang tinggi tidak terlepas dari pengelolaan dana pihak ketiga yang tepat serta pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang tepat dan sustain.

|Baca juga: Penyaluran Kredit Bank Mandiri (BMRI) Tembus Rp1.670,55 Triliun di 2024, Melonjak 19,5%!

|Baca juga: Naik 1,31%, Bank Mandiri (BMRI) Bukukan Laba Bersih Rp55,8 Triliun di 2024

Di tengah ketatnya kompetisi likuiditas sektor perbankan, BSI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 11,46 persen menjadi Rp327,45 triliun. Pencapaian ini ditopang oleh dana murah (CASA) yang mencapai rasio 60,12 persen dari total DPK. Sepanjang 2024, CASA BSI mencapai Rp197 triliun atau naik 10,65 persen yoy.

Tercatat, DPK BSI dari produk-produk tabungan mencapai Rp140,53 triliun, disusul deposito Rp130,58 triliun, dan giro Rp56,33 triliun. Pengelolaan DPK yang tepat memberikan dampak positif pada penurunan beban bagi hasil.

“Kami mengambil peluang dengan memanfaatkan potensi Islamic ecosystem yang hanya dimiliki oleh bank syariah. Salah satunya lewat bisnis emas dan haji. Inovasi dan transformasi digital yang memudahkan transaksi secara digital juga turut berdampak positif terhadap penghimpunan DPK,” ujarnya.

Penyaluran pembiayaan BSI juga menunjukkan kinerja impresif dengan pertumbuhan di atas industri. Pada 2024, BSI tercatat menyalurkan pembiayaan sebesar Rp278,48 triliun, tumbuh 15,88 persen yoy.

Berdasarkan segmen, pembiayaan yang disalurkan oleh BSI ke segmen wholesale mencapai Rp77,22 triliun atau tumbuh 14,38 persen yoy, disusul segmen ritel senilai Rp49,38 triliun (naik 16,86 persen yoy). Selain itu, pembiayaan untuk segmen konsumer, gold business & card tercatat Rp151,88 triliun atau naik 16,34 persen yoy.

“BSI ini punya demand side yang luar biasa kuat, untuk itu kami terus meningkatkan dan memperbaiki sisi supply. Supply ini adalah dari sisi produk hingga distribution channel, tidak hanya cabang tetapi juga elektronik channel seperti ATM, mobile banking, QRIS dan lainnya,” tutur Hery.

|Baca juga: Puradelta Lestari (DMAS) Kantongi Prapenjualan Rp1,87 Triliun pada 2024

|Baca juga: Hutama Karya Teken Perjanjian Perdamaian dan Pembatalan Kerja Sama Proyek Technopark

Pengelolaan pembiayaan secara tepat berimbas pada membaiknya kualitas pembiayaan yang disalurkan. Per akhir 2024, rasio pembiayaan bermasalah atau Non-Performing Financing (NPF) gross BSI membaik menjadi 1,90 persen. Cost of credit (CoC) perseroan juga membaik di level 0,83 persen pada 2024.

Bagi pemilik saham, perseroan juga mencetak rasio imbal hasil menarik, yang terlihat dari angka Return On Equity (ROE) sebesar 17,77 persen. BSI menutup 2024 dengan kenaikan aset sebesar 15,55 persen menjadi Rp409 triliun. Adapun rasio Return On Asset (ROA) perseroan pada 2024 berada di level 2,49 persen.

Hery menegaskan, rasio keuangan yang solid menjadi kunci tercapainya kinerja yang positif. “Sejumlah indikator keuangan lainnya menunjukan pencapaian kinerja yang tidak kalah solid, yang menopang pencapaian bottom line,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Membara, Saatnya Borong Saham AMRT, LSIP, ICBP, dan CUAN Biar Cuan Maksimal!
Next Post Market Brief: Wall Street Bervariasi Jelang Rilis Laporan Keuangan Amazon

Member Login

or