Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi dan reasuransi global dilaporkan mengalami kerugian signifikan setidaknya sebesar US$61 miliar pada paruh pertama 2024. Angka itu mencatat lonjakan 25 persen dari rata-rata dekade sebelumnya.
Laporan yang dirilis oleh pialang reasuransi Gallagher Re mengungkapkan lonjakan ini didorong oleh aktivitas badai konvektif parah (SCS) di Amerika Serikat, yang menyebabkan kerugian diasuransikan mencapai setidaknya US$37 miliar, atau 61 persen dari total kerugian global yang diasuransikan.
Meskipun kerugian yang diasuransikan naik di atas rata-rata historis, namun total kerugian ekonomi global pada paruh pertama tahun ini diproyeksikan mencapai US$128 miliar, sedikit di bawah rata-rata dekade sebelumnya sebesar US$133 miliar.
Dilansir dari laman Reinsurance News, Kamis, 18 Juni 2024, hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan signifikan dalam perlindungan finansial global terhadap bencana alam, dengan sekitar 48 persen dari total kerugian diasuransikan.
|Baca juga: Allianz akan Akuisisi Saham Mayoritas Income Insurance Asuransi Senilai US$1,64 Miliar
Menurut Gallagher Re, paruh pertama tahun ini juga mencatat suhu global terpanas sejak dimulainya pencatatan pada 1850, dengan Juni menjadi bulan ke-13 berturut-turut yang mencatat rekor suhu.
Perubahan iklim yang memburuk diperkirakan terus memengaruhi frekuensi dan intensitas bencana alam, menempatkan tekanan tambahan pada industri asuransi dan reasuransi untuk mengelola risiko secara proaktif.
Kepala Ilmu Pengetahuan Gallagher Re Steve Bowen menekankan pentingnya investasi dalam mitigasi risiko untuk menghadapi tantangan yang semakin besar dari perubahan iklim.
Dia menyatakan meskipun kerugian besar dari SCS di AS menunjukkan perlunya perlindungan yang lebih baik, namun industri ini siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di sisa tahun ini, termasuk dampak potensial dari fenomena La Nina yang sedang berlangsung.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News