Media Asuransi, GLOBAL – Total pendapatan premi asuransi di Korea Selatan mencapai US$79,83 miliar (setara Rp1.211,9 triliun) pada semester pertama 2024, meningkat 3,9 persen atau US$3,04 miliar (setara Rp46,1 triliun) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal itu diungkapkan dalam laporan Korean Re.
Mengutip Insurance Asia, Kamis, 9 Januari 2025, pendapatan ini mencakup 22 perusahaan asuransi jiwa dan 31 perusahaan asuransi umum. Premi dari asuransi jiwa tercatat sebesar US$37,61 miliar (setara Rp570,8 triliun), naik 3,5 persen atau US$1,24 miliar (setara Rp18,8 triliun) secara tahunan.
Pertumbuhan premi asuransi jiwa didorong oleh peningkatan penjualan produk asuransi proteksi (+13,2 persen YoY) dan asuransi tabungan (+0,7 persen YoY), meskipun terjadi penurunan pada asuransi jiwa variabel (-2,2 persen YoY) dan anuitas pensiun (-16,2 persen YoY).
|Baca juga: ASII, GOTO, CUAN, dan XIPI Jadi Rekomendasi Beli di Tengah Momentum January Effect
|Baca juga: DAI Siap Ambil Langkah Strategis Hadapi Putusan MK soal Pasal 251 KUHD
Sementara itu, perusahaan asuransi umum membukukan pendapatan premi sebesar US$42,30 miliar (setara Rp641,1 triliun), meningkat 4,3 persen atau US$1,79 miliar (setara Rp27,1 triliun) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan premi asuransi jangka panjang (+5,2 persen YoY), asuransi properti dan kecelakaan umum (+8,7 persen YoY), serta anuitas pensiun (+3,9 persen YoY), meskipun premi asuransi kendaraan turun 1,2 persen YoY.
Pendapatan bersih seluruh perusahaan asuransi pada semester pertama 2024 mencapai US$6,49 miliar (setara Rp98,2 triliun), naik 2,8 persen atau US$174,99 juta (setara Rp2,6 triliun) secara tahunan.
|Baca juga: 8 Asuransi-Reasuransi dan 14 Dana Pensiun Masuk Pengawasan Khusus OJK
|Baca juga: Dua Direktur XL Mengundurkan Diri
Namun, pendapatan bersih asuransi jiwa turun 9,4 persen menjadi US$2,48 miliar (setara Rp37,5 triliun) akibat melemahnya pendapatan investasi. Sebaliknya, asuransi umum mencatat kenaikan pendapatan bersih sebesar 12,2 persen menjadi US$4,00 miliar (setara Rp60,7 triliun), berkat peningkatan laba underwriting dan pengurangan kewajiban klaim.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News