Media Asuransi, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan inflasi Indonesia pada Mei 2025 berada di angka 1,6 persen secara tahunan (yoy). Kondisi tersebut mencerminkan stabilitas harga yang berhasil dijaga dalam beberapa tahun terakhir.
“Jadi kita lihat inflasi kita per Mei 2025 di 1,6 persen (yoy), ini masih relatif terjaga selama bahkan beberapa tahun terakhir ini. Indonesia termasuk yang mampu menjaga stabilitas harga,” ujarnya, dalam konferensi pers APBN KiTa, Selasa, 17 Juni 2025.
|Baca juga: Sri Mulyani Sebut APBN Kembali Defisit Rp21 Triliun di Mei 2025
Sri Mulyani menjelaskan inflasi yang rendah ini utamanya didorong oleh deflasi pada kelompok harga pangan yang bergejolak atau volatile food. Beberapa komoditas seperti beras dan jagung mengalami penurunan harga seiring masa panen. Meskipun demikian, ia menegaskan, pentingnya menjaga harga agar tidak terlalu jatuh demi melindungi kesejahteraan petani.
“Kalau kita lihat komposisi, kontribusi rendahnya inflasi adalah harga yang biasanya bergejolak yaitu makanan, alami negatif growth, deflasi di harga pangan karena adanya panen dan juga beberapa barang pangan kita yang terjaga baik, panen beras, panen jagung. Kita harus menjaga supaya jangan terlalu jatuh harganya agar kesejahteraan petani tidak menurun,” jelasnya.
Pemerintah akan terus memberikan dukungan melalui anggaran stabilisasi harga yang dikelola Bulog, khususnya menjaga harga beras dan gabah. Komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) juga tumbuh terbatas 1,36 persen. Namun, ia memperkirakan, inflasi dari sisi ini akan berubah pada Juni 2025 seiring berbagai kebijakan diskon dari pemerintah.
|Baca juga: MedcoEnergi (MEDC) Capai Lifting Minyak Perdana dari Lapangan Migas Forel
|Baca juga: Bos PP Presisi (PPRE) Harap Program TJSL Bangun Generasi Unggul dan Sehat
“Bulan depan pada saat pemerintah melakukan banyak kebijakan untuk stimulasi di Juni, pasti komposisi inflasi akan berubah termasuk yang administered price, karena beberapa administered price seperti diskon jalan tol, diskon pesawat, dan yang lain-lain akan terefleksikan di situ,” jelasnya.
Sementara itu, inflasi inti yang mencerminkan permintaan domestik masih tercatat di angka 2,4 persen. Angka tersebut masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) yakni 2,5 plus minus satu persen. Artinya, dari sisi konsumsi, perekonomian masih menunjukkan aktivitas yang sehat dan tidak menunjukkan pelemahan permintaan secara signifikan.
Dengan demikian, Sri Mulyani menegaskan, inflasi yang rendah pada Mei 2025 lebih disebabkan oleh faktor teknis seperti penurunan harga pangan dan kebijakan pemerintah, bukan karena penurunan daya beli masyarakat.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News