Tahun baru biasanya dibarengi dengan harapan-harapan baru. Tak terkecuali bagi industri asuransi di Indonesia. Harapan-harapan baru tentunya tidak begitu saja muncul. Tapi munculnya harapan-harapan baru tersebut karena adanya perkiraan-perkiraan yang lebih baik di tahun 2017 berdasarkan pandangan dari para ahli di bidangnya. Juga dari lembaga-lembaga yang mempunyai kredibilitas yang tinggi.
Misalnya, Profesor Didik J Rachbini, pakar ekonomi dari INDEF, memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 dengan prediksi yang optimistis dapat mencapai 5,3 persen sampai 5,4 persen. Ia menyimpulkan pertumbuhan ekonomi tersebut dari berbagai sumber dan dikemukakannya saat sebagai pembicara pada seminar “Insurance Outlook 2017” yang diselenggarakan oleh Media Asuransi di Jakarta pertengahan November 2016.
Pertumbuhan ekonomi yang membaik pada 2017 ini juga disampaikan oleh Fitch Ratings, yang memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi 11 negara emerging market Asia sebesar 5,5 persen, lebih tinggi dibandingkan dari kawasan lainnya. Lembaga rating ini menyebutkan bahwa 11 negara emerging market Asia ini adalah Bangladesh, China, Filipina, India, Indonesia, Malaysia, Mongolia, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih baik dari pada tahun 2016, maka industri asuransi Indonesia diperkirakan akan lebih baik pada 2017 ini. Tak hanya pertumbuhan ekonomi yang disorot oleh Fitch Ratings, bahkan meningkatnya anggaran infrastruktur Indonesia untuk 2017 –yaitu menjadi Rp387 triliun dari tahun sebelumnya Rp317 triliun– akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan secara tidak langsung bakal menaikkan permintaan terhadap produkproduk asuransi. Ini diungkapkan oleh Fitch Ratings dalam laporannya yang bertajuk “2017 Outlook: Indonesia Insurance Sector – Indonesia’s Insurance to Grow in an Infrastructure-Driven Economy”.
Lembaga rating ini memperkirakan sektor asuransi jiwa dan asuransi umum pada 2017 sebagai stabil. Hal ini dikarenakan meningkatnya kesadaran berasuransi, praktik investasi yang konservatif, pertumbuhan ekonomi yang membaik, dan meningkatnya dukungan reasuransi. Prediksi 2017 tersebut juga menunjukkan pandangan Fitch Ratings bahwa penduduk Indonesia yang banyak, masih sedikitnya yang berasuransi, meningkatnya jumlah kelas menengah, dan meningkatnya kesadaran berasuransi, semuanya mendukung pertumbuhan industri asuransi Indonesia.
Menurut Fitch Ratings, alokasi investasi yang konservatif pada umumnya dilakukan untuk memitigasi terhadap volatilitas hasil operasional perusahaan. Sedangkan asuransi umum masih akan didorong terutama oleh asuransi kendaraan bermotor dan asuransi properti.
Sementara itu, masih menurut Fitch Ratings, keputusan pemerintah untuk menggunakan dana-dana repatriasi dari tax amnesty selama 2016 untuk membiayai program pembangunan infrastruktur melalui obligasi, telah memperbesar kepercayaan investor terhadap obligasi infrastruktur. Lembaga rating ini melihat bahwa lamanya periode obligasi infrastruktur merupakan suatu pilihan investasi yang menarik bagi perusahaan-perusahaan asuransi jiwa.
Selain dari pengamat ekonomi dan lembaga rating yang telah mengungkapkan faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi industrui asuransi Indonesia pada 2017, regulasi yang akan dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diperkirakan bakal menjadi pendorong juga. Yaitu bahwa OJK menargetkan pada awal 2017 dapat meluncurkan peraturan yang membuka kesempatan bagi asuransi umum untuk menerbitkan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi atau produk unitlink.
Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2 OJK Dumoly F Pardede mengungkapkan pihaknya telah merampungkan draf POJK tersebut. Saat ini, jelasnya, aturan itu dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM. Ia mengatakan bahwa POJK-nya
sudah selesai, tetapi sedang harmonisasi regulasi, sebagaimana dilaporkan oleh Bisnis Indonesia awal Desember 2016.
Faktor-faktor pendorong industri asuransi Indonesia selama 2017 sudah dikemukakan. Harapannya, tentunya, semuanya menjadi kenyataan. Mucharor Djalil
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News