Media Asuransi, JAKARTA – Seperti kita tahu investasi di pasar modal menawarkan peluang besar untuk mencapai kebebasan finansial, tetapi juga penuh dengan tantangan. Tidak hanya faktor analisis pasar atau tren ekonomi yang memengaruhi hasil investasi, namun juga psikologi investor itu sendiri.
Perasaan euforia saat pasar naik atau ketakutan saat pasar turun sering kali menjadi pemicu utama keputusan investasi yang impulsif. Inilah mengapa memahami psikologi di balik keputusan investasi sangat penting.
|Baca juga: Trisula Textile Industries (BELL) Tebar Dividen Rp5 Miliar
|Baca juga: Siap-siap! AS Bakal Terapkan Tarif Baru untuk Impor Chip dan Produk Elektronik
Melansir laman resmi BEI, Sabtu, 26 April 2025, sebagai investor kita sering kali terjebak dalam perangkap emosional yang dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang merugikan. Perangkat itu ketika emosi seperti keserakahan, ketakutan, atau bahkan kecemasan menguasai pikiran.
Agar emosi tidak menguasai keputusan investasi, berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:
Tetapkan tujuan investasi jangka panjang
Fokus pada tujuan akhir membantu menghindari reaksi impulsif terhadap fluktuasi jangka pendek. Menentukan tujuan investasi yang jelas, melihat apakah investasi yang dilakukan untuk dana pensiun, pendidikan anak, atau membeli rumah. Tujuan ini akan membantu fokus pada gambaran besar, bahkan lebih mungkin bertahan dalam menghadapi fluktuasi pasar.
Membuat rencana investasi
Tetapkan alokasi aset berdasarkan profil risiko kamu apakah agresif, moderat, atau konservatif. Rencanakan strategi masuk dan keluar sehingga kamu tahu kapan harus membeli atau menjual tanpa tergoda oleh emosi sesaat. Kamu wajib memiliki rencana investasi jelas yang mencakup alokasi aset, target imbal hasil, dan batas toleransi risiko yang dapat menggunakan aturan stop-loss dan take-profit. Stop-loss adalah batas kerugian yang kamu toleransi, sedangkan take-profit adalah target keuntungan yang kamu tetapkan. Dengan aturan ini, kamu bisa disiplin untuk menjual aset meskipun emosi mendorong kamu bertindak sebaliknya.
Hindari membeli dan menjual aset
Langkah ini akan muncul karena kamu sedang panik atau euforia. Hal ini tentu bisa meningkatkan risiko. Maka yang perlu kamu lakukan adalah tetap pada rencana investasi dan hindari mengikuti tren pasar tanpa analisis yang matang. Semakin banyak kamu tahu tentang investasi, semakin kecil kemungkinan membuat keputusan impulsif. Selain itu, kamu dapat belajar membaca laporan keuangan, memahami tren pasar, dan mengenali strategi investasi yang cocok dengan gaya kamu.
|Baca juga: Industri Asuransi Diprediksi Terhantam Triple Crisis Akibat Tarif AS, Kok Bisa?
|Baca juga: Tarif AS Berpotensi Bikin Asuransi Kargo Indonesia ‘Panas Dingin’, 3 Strategi Ini Jadi Solusinya!
Selalu ingat untuk melakukan diversifikasi portofolio
Janganlah menaruh semua uang kamu pada satu aset atau sektor. Diversifikasi dapat membantu mengurangi dampak kerugian dari satu jenis investasi terhadap portofolio kamu secara keseluruhan. Kamu juga dapat melakukan second opinion yang bisa didapat dari seorang profesional atau mentor berpengalaman, sehingga membantu kamu mengambil keputusan yang lebih objektif.
Fokus pada jangka panjang
Seperti yang kita ketahui, pasar selalu naik turun dalam jangka pendek, tetapi cenderung tumbuh dalam jangka panjang. Mengadopsi perspektif jangka panjang akan membantu kamu mengabaikan gangguan sesaat. Sementara itu, mengelola emosi dalam investasi membutuhkan disiplin dan kesadaran diri.
Menghindari mengecek portofolio terlalu sering
Dengan melihat perubahan harga setiap saat dapat meningkatkan kecemasan. Cukup lakukan kaji ulang secara berkala. Lalu, mempelajari dasar-dasar pasar modal untuk memahami bahwa fluktuasi adalah bagian normal dari investasi.
Investasi adalah perjalanan jangka panjang
Hindari keputusan impulsif yang hanya berdasarkan emosi sesaat. Praktik mindfulness seperti meditasi dapat membantu investor mengelola stres dan fokus pada fakta, bukan emosi. Dengan kesadaran penuh, investor dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

