Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis pagi bergerak di area hijau. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada pembukaan perdagangan terpantau menguat ketimbang penutupan perdagangan di hari sebelumnya di Rp16.240 per US$.
IHSG Kamis, 11 Juli 2024, perdagangan pagi dibuka di 7.287 dan tak lama menguat ke 7.310. Posisi tertinggi di 7.328 dan terendah di 7.301. Volume perdagangan pagi ini tercatat sebanyak 4,3 miliar lembar saham senilai Rp1,6 triliun. Sebanyak 240 saham menguat, 165 saham melemah, dan 188 saham stagnan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka menguat ke Rp16.214 per US$ dengan year to date return 5,17 persen. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp16.183 per US$ hingga Rp16.219 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp16.111 per US$.
Wall Street menguat
Di sisi lain, saham-saham Wall Street menguat pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Hal itu terjadi dengan indeks-indeks utama berakhir naik lebih dari satu persen dan mencapai rekor baru di tengah meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga mendatang.
|Baca juga: BDDC Resmikan Fasilitas Pusat Data Tier IV di Jakarta
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,1 persen menjadi 38.921. Sedangkan indeks S&P 500 berbasis luas naik 1,0 persen menjadi 5.633 untuk rekor keenam berturut-turut. Kemudian indeks Komposit Nasdaq yang berpusat pada teknologi melonjak 1,2 persen menjadi berakhir pada rekor ketujuh berturut-turut.
Baik S&P 500 maupun Nasdaq berakhir pada level tertinggi sepanjang masa menyusul komentar Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell bahwa bank sentral tidak akan menunggu sampai inflasi mencapai dua persen sebelum mempertimbangkan penurunan suku bunga.
Sedangkan greenback diperdagangkan mendekati level terendah tiga minggu pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Kondisi itu terjadi lantaran nada hati-hati dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang menjaga sentimen risiko.
Sementara itu, dolar Selandia Baru melemah setelah bank sentral negara tersebut memberi isyarat melihat potensi penurunan suku bunga. Powell mengakui melemahnya pasar tenaga kerja dan membaiknya inflasi. “Kita sekarang menghadapi risiko dua sisi dalam perekonomian,” kata Powell.
|Baca juga: 8 Asuransi dan Reasuransi Masuk Pengawasan OJK, Wahyudin Rahman: Agar Konsumen Terlindungi
Namun, dia menambahkan, penurunan suku bunga tidak tepat sampai The Fed memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi menuju target dua persen. “Powell mengambil pendekatan yang relatif hati-hati,” pungkas Kepala Strategi Pasar Corpay Karl Schamotta, di Toronto.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News