1
1

Pasar Obligasi Berpotensi Lanjutkan Rally Terbatas

Media Asuransi – Rally di pasar obligasi dalam negeri berlanjut pada perdagangan pekan lalu. Rally tersebut diperkirakan masih berlanjut pada pekan ketiga di bulan November ini, tetapi secara terbatas.

Berdasarkan weekly report periode 9-15 November 2020 yang diterbitkan oleh PT Penilai Harga Efek Indonesia alias Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) yang dikutip Media Asuransi, Selasa 17 November 2020, seluruh indeks return pasar obligasi berlanjut menguat.

Pasar Obligasi Indonesia Merespons Positif Kemenangan Joe Biden

Perfoma positif pasar obligasi Indonesia berlanjut di pekan lalu meski tidak setinggi pekan lalu. Ketiga indeks total return obligasi domestik meningkat pada besaran yang hampir sama. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) naik +0,16% wow ke level 304,6625, INDOBeXG-Total Return naik +0,16% wow ke level 299,2641, sedangkan INDOBeXC-Total Return naik +0,15% wow ke level 327,2456.

“Euforia Joe Biden sebagai Presiden terpilih AS ke-46 terjadi hanya di hari pertama perdagangan. Pasar cenderung melakukan aksi profit taking setelah di pekan lalu harga SUN Fixed Rate (FR) mengalami kenaikan rata-rata hingga +95,78 bps wow, bahkan untuk kelompok seri SUN benchmark kenaikan mencapai +157,37 bps wow,” tulis report tersebut.

Adapun sentimen yang beredar di pekan ini adalah terkait perkembangan positif vaksin Pfizer serta peningkatan kasus harian Covid-19 secara global khususnya Amerika Serikat. 

Sementara itu, Kurva PHEI-IGSYC (PHEI-Indonesia Government Securities Yield Curve) pekan lalu berpola mixed. Rata-rata yield seluruh tenor (1-30 tahun) naik +0,99 bps wow. Tekanan naik dialami kelompok tenor pendek (<5 tahun) dan panjang (>7 tahun) yakni masing-masing sebesar +2,33 bps wow dan +1,23 bps wow. Pola mixed juga dialami kurva yield PHEI-ICBYC (PHEI-Indonesia Corporate Bonds Yield Curve) tetapi dengan rata-rata yield seluruh tenor (1-10 tahun) turun –0,52 bps wow. Kenaikan rata-rata yield dicatatkan oleh kelompok tenor pendek (<5 tahun) yakni +0,85 bps wow.

Aktivitas perdagangan obligasi pekan lalu mengalami peningkatan dari sisi frekuensi. Rata-rata frekuensi transaksi harian naik +15,49% wow menjadi 2.023 transaksi/hari. Sementara itu, rata-rata volume harian turun –17,62% wow menjadi Rp21,80 triliun/hari. Penurunan volume terjadi pada transaksi obligasi negara dan obligasi korporasi. Rata-rata volume transaksi harian SUN turun –16,17% wow menjadi Rp20,65 triliun/hari. Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian obligasi korporasi terpantau turun–37,09% wow menjadi Rp1,15 triliun/hari.

Adapun Pemerintah pekan lalu telah melaksanakan lelang SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dengan target indikatif sebesar Rp10,00 triliun. Total penawaran masuk terpantau meningkat dibanding lelang SBSN sebelumnya dengan oversubscribed sebesar 2,26 kali atau setara Rp22,63 triliun. Pemerintah memenangkan seluruh seri yang dilelang dengan total dana penyerapan sesuai target indikatif yakni sebesar Rp10,00 triliun.

Pekan lalu, Rupiah cenderung berada dalam tren melemah meskipun masih lebih baik jika dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu. Kurs spot bloomberg akhir pekan ini berada di level Rp14.170/US$ atau menguat 40,0 poin wow. Sementara itu, kepemilikan asing di pasar SBN terpantau meningkat hingga sebesar Rp11,55 triliun (9-12 November). Namun, aksi beli asing mulai mereda di pertengahan pekan yang diduga salah satu alasannya karena kembali diberlakukannya pembatasan aktivitas ekonomi di New York dan San Fransisco. 

Outlook

Pada pekan ini, IBPA memperkirakan kinerja pasar obligasi Indonesia berpotensi menguat tetapi secara terbatas pada pekan ketiga November. “Katalis positif diperkirakan berasal dari optimisme perkembangan vaksin dari berbagai perusahaan farmasi di dunia, data GDP Q3 Jepang yang tumbuh 5% qoq, serta perbaikan kinerja ekspor impor Indonesia.”

Namun demikian, bayang-bayang rilis CAD Indonesia Q3 yang diproyeksi kembali melebar serta masih tingginya kenaikan kasus harian Covid-19 di beberapa bagian Amerika, Eropa, dan juga Indonesia diperkirakan menjadi faktor-faktor yang dapat menahan laju penguatan pasar obligasi. ACA

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pinjol Wajib Sampaikan Rencana Bisnis kepada OJK
Next Post Fintech Lumbung Dana dan Jasa Sarana Teken Kontrak Rp10 Triliun

Member Login

or