Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI menyambut positif langkah Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada Rabu, 21 Mei 2025.
Chief Economist BNI Leo Putera Rinaldy menyatakan langkah tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi internal BNI. Ia menilai kebijakan tersebut menjadi respons yang tepat terhadap kondisi makroekonomi terkini.
|Baca juga: BSI Tebar Dividen Rp1,05 Triliun, Simak Jadwal Pembagiannya
|Baca juga: Warga RI Kini Sudah Bisa Gunakan QRIS di Jepang Mulai Agustus 2025, China dan Korsel Menyusul
“Kami menyambut positif penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Rabu, 21 Mei. Kebijakan ini juga sudah sejalan dengan estimasi kami,” ujarnya, dalam keterangan tertulis yang dikutip Kamis, 21 Mei 2025.
Leo menyebut ada tiga faktor utama yang mendasari penurunan suku bunga acuan tersebut, yakni penguatan nilai tukar rupiah, inflasi yang terjaga di level 1,95 persen secara tahunan (yoy) pada April 2025 dan masih sesuai dengan target BI, serta adanya perlambatan ekonomi domestik.
Selain itu, Bank Indonesia juga disebut turut merelaksasi kebijakan makroprudensial untuk menjaga likuiditas perbankan dan merespons perlambatan penyaluran kredit maupun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). BNI pun memperkirakan penurunan suku bunga acuan ini akan memengaruhi instrumen pasar uang.
“Dengan adanya penurunan BI Rate, kami memperkirakan SRBI-Rate akan turun lebih lanjut dari posisi terakhir 6,47 persen (SRBI-Rate 12 bulan),” kata Leo.
|Baca juga: Bos OJK Blak-blakan tentang Merger Adira Finance dan Mandala Finance
|Baca juga: BI Tetap Pasang Kuda-kuda Meski Perang Dagang AS-China Mereda
Tak hanya itu, pemangkasan BI Rate juga diperkirakan berdampak pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN). Menurut Leo, hal ini seiring dengan ekspektasi masuknya aliran dana asing dan potensi peralihan dana dari SRBI yang jatuh tempo ke obligasi pemerintah.
“Di saat yang sama, nilai tukar rupiah diperkirakan bisa tetap stabil bila risiko global tidak berubah, diikuti dengan penurunan permintaan valas setelah pembayaran dividen dan musim pembayaran utang di bulan April dan Mei,” tukasnya.
BNI juga melihat adanya potensi penurunan suku bunga perbankan dalam waktu dekat, di mana penurunan bunga dana diperkirakan terjadi lebih dahulu sebelum diikuti oleh penurunan bunga kredit. Ke depan, Leo memperkirakan masih terdapat ruang untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
“BNI memperkirakan adanya ruang penurunan BI Rate sebesar 25 bps lagi hingga akhir tahun dengan catatan nilai tukar masih tetap stabil,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

