Media Asuransi GLOBAL – Kesenjangan perlindungan asuransi terhadap bencana alam kini mencapai 60 persen di tengah peningkatan suhu global yang semakin mengkhawatirkan. Laporan Natural Catastrophe Review dari WTW mengungkapkan 2024 menjadi tahun pertama di mana suhu bumi melampaui 1,5°C, di atas tingkat pra-industri.
Sepanjang tahun lalu, total klaim asuransi akibat bencana alam mencapai lebih dari US$140 miliar, menandai lima tahun berturut-turut di mana kerugian yang diasuransikan melampaui US$100 miliar.
“Tekanan terhadap sektor asuransi semakin meningkat, terutama dengan kebakaran hutan di Los Angeles yang telah menyebabkan kerugian hingga US$40 miliar hanya dalam beberapa minggu pertama 2025,” ungkap WTW, dikutip dari Insurance Asia, Senin, 24 Februari 2025.
|Baca juga: Jerat Korupsi Taspen Makin Meluas, Nama Bos-bos Perusahaan Besar Ikut Terseret!
|Baca juga: Berikut Profil Amalia Adininggar Widyasari, Kepala BPS yang Dilantik Prabowo
WTW menyoroti pentingnya inovasi dalam pemodelan risiko, solusi asuransi yang lebih fleksibel, serta langkah-langkah adaptasi proaktif untuk menghadapi dampak perubahan iklim. “Kolaborasi ilmiah sangat penting dalam memahami dan mengantisipasi risiko yang terus berkembang,” ujar Kepala WTW Research Network Hélène Galy.
Senada dengan itu, Kepala Climate Practice WTW Peter Carter menekankan, pemodelan risiko yang beragam sangat dibutuhkan agar tidak bergantung pada satu metode saja. “Dengan pendekatan yang lebih luas, pengambil keputusan dapat lebih siap menghadapi ancaman bencana yang semakin sulit diprediksi,” jelasnya.
Dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam, industri asuransi menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan strategi mitigasi risiko. Para ahli menilai tanpa inovasi signifikan, kesenjangan perlindungan akan semakin melebar dan berisiko mengguncang stabilitas keuangan global.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News