Media Asuransi, JAKARTA – Indonesia dengan populasi Muslim terbesar di dunia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri keuangan syariah, termasuk asuransi syariah. Sejak diluncurkan, produk asuransi syariah terus mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pada 2022, aset asuransi jiwa syariah berkontribusi sebesar 5,6 persen terhadap total asuransi jiwa, sementara asuransi umum syariah mencatat pangsa pasar sebesar 3,7 persen.
|Baca juga: 12 Perusahaan Asuransi Serahkan Bisnis Syariah, KUPASI: Kuantitas Bakal Ideal dan Struktur Lebih Kuat!
|Baca juga: Jasindo Syariah Raih Penghargaan Bergengsi dari Media Asuransi
OJK melaporkan kontribusi penjualan asuransi jiwa syariah naik tajam menjadi 11,8 persen, dari hanya 5,8 persen lima tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan potensi besar sektor asuransi syariah di Indonesia sehingga mendorong banyak perusahaan untuk berinovasi, termasuk Asuransi Kitabisa.
CEO Asuransi Kitabisa Bryan Silfanus menyatakan Asuransi Kitabisa hadir untuk ikut berkontribusi dalam mengembangkan layanan asuransi berbasis syariah, sekaligus mengedepankan tata kelola yang baik dan transparan.
“Asuransi Kitabisa memastikan dana bersama anggota dikelola secara amanah, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk memberikan akses yang cepat, mudah, dan transparan,” ujarnya.
|Baca juga: DAI Siapkan Langkah Menuju SRO, Embrio Sudah Ditancapkan!
|Baca juga: Rayakan Ulang Tahun ke-16, Mandiri Inhealth Berbagi dengan Panti Asuhan di 16 Kota
Melalui pendekatan inovatif, Asuransi Kitabisa memperkenalkan produk dengan prinsip Baik, Simpel, Canggih (BASIC). “Baik karena akadnya berdasarkan tolong-menolong (tabarru’), Simpel dalam hal produk, proses bergabung, dan klaim, serta Canggih karena menggunakan teknologi untuk memvisualisasikan konsep tolong-menolong secara nyata,” jelas Bryan.
Produk andalan mereka, SalingJaga Keluarga, merupakan asuransi jiwa syariah dengan santunan hingga Rp2 miliar dan layanan tambahan seperti pengurusan jenazah serta bantuan perencanaan keuangan bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.
Sejak diluncurkan, produk ini menarik lebih dari 20 ribu anggota dalam sembilan bulan pertama. Anggota dapat memantau transparansi dana tabarru’, jumlah anggota yang terbantu, dan memproses klaim secara digital.
|Baca juga: Ketua DAI Tekankan Pentingnya Kode Etik untuk Restorasi Kepercayaan Industri Asuransi
“Respons dari anggota sangat positif. Mereka merasa tidak akan rugi karena jika terkena musibah akan dibantu, dan jika tidak, bisa membantu anggota lain,” kata Bryan.
Asuransi Kitabisa optimistis dapat menjaga tren pertumbuhan positif ke depan. Hal ini didukung oleh ekosistem Grup Kitabisa dan dukungan pemerintah melalui inisiatif seperti Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia.
Pertumbuhan positif Asuransi Kitabisa juga terlihat dari peningkatan aset perusahaan sebesar 35 persen secara tahunan menjadi Rp151,9 miliar pada 2023, serta pertumbuhan dana tabarru’ yang mencapai Rp13,8 miliar, naik delapan persen secara tahun ke tahun (yoy).
Baca juga: 12 UUS Asuransi Serahkan Bisnis Syariah, Pengamat: Bagus, Mereka Tahu Kapasitas!
Dengan inovasi dan digitalisasi yang terus dikembangkan, Asuransi Kitabisa yakin dapat mengembalikan asuransi ke esensi awalnya sebagai praktik tolong-menolong antar sesama anggota, dan terus berperan dalam memperkuat industri asuransi syariah di Indonesia.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News