Media Asuransi, GLOBAL – Analisis yang dilakukan oleh tim hukum mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebutkan Trump gagal mendapatkan obligasi untuk menunda penerapan putusan penipuan senilai US$464 juta terhadap dirinya dan bisnisnya.
Pengacara Trump menyatakan bahwa meskipun telah bernegosiasi dengan beberapa perusahaan asuransi terbesar di dunia, namun hanya sedikit perusahaan obligasi yang bersedia mempertimbangkan obligasi dengan jumlah mendekati itu.
Dilaporkan Organisasi Trump telah mendekati 30 perusahaan jaminan -termasuk Allianz, AXA, Berkshire Hathaway, Munich Re, Swiss Re, dan Zurich- melalui empat pialang yang berbeda, sesuai laporan dari Financial Times. Namun, Trump dan bisnisnya tidak berhasil mendapatkan obligasi tersebut.
|Baca juga: Fitch Afirmasi Peringkat Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) BB-
Dilansir dari laman Business Insurance Mag, Selasa, 19 Maret, dilaporkan Trump ditolak oleh Chubb, yang sebelumnya telah menjamin obligasi sebesar lebih dari US$91 juta.
Putusan penipuan berasal dari keputusan pada Januari yang menyatakan Trump dan bisnisnya bertanggung jawab atas penipuan ‘terang-terangan’ terkait dengan melebihkan nilai aset real estat kepada pemberi pinjaman dan perusahaan asuransi.
Putusan tersebut, yang saat ini mencapai US$464 juta termasuk bunga, dapat dilaksanakan oleh Jaksa Agung New York kecuali Trump dapat memberikan obligasi untuk jumlah penuh saat mengajukan banding, seperti yang dilaporkan oleh Financial Times.
Trump telah memohon kepada pengadilan banding untuk memperpanjang batas waktu untuk mendapatkan obligasi, sementara Jaksa Agung New York Letitia James telah memutuskan ada opsi untuk menyita aset Donald Trump.
Perusahaan asuransi yang memberikan obligasi jaminan umumnya memungut premi hingga tiga persen dan memerlukan uang tunai sebagai jaminan. Meskipun Trump mengklaim dalam deposisi hukum tahun lalu bahwa dia memiliki sekitar US$400 juta dalam bentuk uang tunai, tapi keadaan keuangan perusahaannya yang bersifat pribadi masih belum jelas.
Namun, Trump kesulitan mengatasi biaya hukum yang terus meningkat, dan Deutsche Bank -salah satu pemberi pinjaman utamanya- baru-baru ini menurunkan perkiraan kekayaan bersihnya secara signifikan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News