1
1

Menyalakan Asa Keberlanjutan di Target NZE

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (tengah) memaparkan peta jalan bisnis perusahaan di bidang bisnis biofuels dan dekarbonisasi kepada pebisnis dan praktisi di Singapura pada Southeast Asia-Latin American Dialouges (SALA Dialogues), di INSEAD Hoffmann Institute, Singapura. | Foto: Pertamina

Media Asuransi, JAKARTA – Keberlanjutan menjadi sebuah kata yang sederhana tapi sangat bermakna apalagi jika dikaitkan dengan keberlanjutan pembangunan yang memperhatikan keseimbangan antara keuntungan bisnis dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Konsep ini biasanya dikenal dengan sebutan Environmental, Social, and Governance (ESG).

Salah satu yang bisa dilakukan untuk mencapai keberlanjutan termasuk oleh sebuah perusahaan adalah mendukung upaya pemerintah mencegah terjadinya perubahan iklim atau dekarbonisasi. Upaya mencegah perubahan iklim bisa dilakukan dengan mengedepankan aspek keberlanjutan bisnis atau keberlanjutan pembangunan di Tanah Air.

|Baca juga: PP Properti (PPRO) Ditetapkan dalam Keadaan PKPU Sementara

|Baca juga: Intip Kecanggihan MV3 Garuda Limousine, Mobil Mewah yang Ditunggangi Prabowo-Gibran

Dekarbonisasi adalah proses untuk mengurangi atau menghilangkan emisi karbon dioksida (CO2) dan Gas Rumah Kaca (GRK) dari atmosfer. Dekarbonisasi dapat dilakukan di tingkat negara, perusahaan, ekonomi, atau bahkan individu. Di antara yang perlu dilakukan adalah menerapkan ekonomi hijau hingga energi ramah lingkungan.

PT Pertamina (Persero) cukup jeli melihat laju bisnis ke depan termasuk menilai pentingnya keberlanjutan pembangunan atau keberlanjutan bisnis di masa mendatang. Hal itu yang membuat Pertamina mendukung penuh upaya pemerintah menekan emisi karbon guna mencapai target Net Zero Emission (NZE). Berbagai macam dan program pun terus digulirkan.

Pertamina, misalnya, telah bersinergi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Kementerian PPN/Bappenas) menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Kolaborasi Perencanaan Transisi Energi Nasional dan Kewilayahan untuk Memastikan Ketahanan Energi.

|Baca juga: Luhut Bergabung ke Pemerintahan Prabowo, Jadi Ketua Dewan Ekonomi Nasional!

|Baca juga: Berikut Profil Lengkap Mayor Teddy yang Dilantik Jadi Sekretaris Kabinet

PKS ini merupakan kelanjutan dari nota kesepahaman yang ditandatangani sebelumnya pada Juni 2024, sebagai upaya menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan pemenuhan kebutuhan energi.

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati menekankan penerapan ekonomi hijau dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencapai NZE. Berdasarkan proyeksi Bappenas, kebijakan ekonomi hijau dengan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim mampu membawa Indonesia mencapai NZE di 2060.

“Atau lebih cepat,” tukasnya seraya menambahkan kemitraan strategis menjadi sangat penting, baik dalam perencanaan maupun implementasi kebijakan pembangunan sektor energi.

Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina A Salyadi Saputra mengungkapkan sinergi Pertamina dengan Kementerian PPN/Bappenas dapat mendorong perkembangan industri energi yang merupakan katalis pertumbuhan perekonomian Indonesia.

|Baca juga: Fundamental Kuat, Saham Tugu Insurance (TUGU) Mampu Tembus Rp1.990 di 2024?

|Baca juga: Berstatus PKPU, Peringkat PP Properti (PPRO) Diturunkan Jadi idSD

“Hal ini juga yang mendorong Pertamina, sebagai BUMN yang berperan untuk memenuhi ketahanan energi nasional. Pertamina harus bisa memastikan energi kita cukup tersedia, dari sisi availability. Selain itu masyarakat mempunyai akses dan keterjangkauan yang cukup untuk mendapatkan energi tersebut serta implementasi dari sisi keberlanjutan,” terang Salyadi.

SVP Strategy & Investment Pertamina Henricus Herwin menambahkan transisi energi yang saat ini diterapkan oleh Pertamina dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menguatkan peningkatan kemampuan Indonesia dalam menghadapi energi trilemma.

“Untuk itu, Pertamina menerapkan strategi pertumbuhan ganda yakni mempertahankan dan meningkatkan bisnis eksisting untuk menjamin ketahanan energi nasional dan pada saat yang sama mengembangkan bisnis rendah karbon,” ucapnya.

Menekan emisi karbon melalui energi bersih

Upaya perusahaan yang kini dinakhodai Nicke Widyawati menekan emisi karbon salah satunya melalui energi bersih cukup signifikan. Hal itu, misalkan, terlihat saat para awak media diajak Pertamina mengunjungi langsung bisnis energi bersih Pertamina di wilayah Jawa Bagian Barat (JBB) sekaligus memberikan edukasi kepada media mengenai bisnis bebas emisi karbon.

Meski kala itu udara cukup panas tapi tak menghentikan para awak media untuk bersemangat menggunakan ‘seragam’ berwarna orange dan mengenakan helm sebagai aturan keamanan untuk mengunjungi Pertamina wilayah JBB. Kunjungan ke Pertamina wilayah JBB itu pun cukup berkesan.

|Baca juga: Upbit: Kuartal IV Jadi Periode yang Menjanjikan bagi Industri Kripto

|Baca juga: MAMI: Ruang Pelonggaran Moneter Masih Cukup Besar, Peluang Menarik bagi Pasar Obligasi

Pasalnya kunjungan ke Pertamina di wilayah JBB pada 22-24 September 2024 itu memberikan banyak pemahaman terutama bagaimana Pertamina berkomitmen mengedepankan energi bisnis secara berkelanjutan dan mendukung pemerintah dalam mencapai target net zero emission.

Saat itu, para awak media mendapat kesempatan untuk mendatangi ke pengembangan bisnis energi bersih di Teritori JBB, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1. Pertamina sudah mengoperasikan PLTGU terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 1.760 MW menggunakan teknologi termutakhir Single-Shaft Combined Cycle Gas Turbine (CCGT).

Teknologi mutakhir itu digunakan untuk menghemat biaya produksi listrik. PLTGU Jawa 1 juga menjadi titik pencapaian penting dan sekaligus menambah portofolio pemanfaatan energi bersih dalam bisnis Pertamina, karena setiap tahunnya mampu mengurangi emisi karbon hingga tiga juta ton CO2. Angka yang terbilang cukup besar.

Belum berhenti sampai di situ, saat di wilayah JBB, Pertamina melalui Subholding Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) juga memberikan sosialisasi mengenai bebas emisi karbon. Hal itu dilakukan melalui implementasi carbon neutral dari aktivitas yang dilaksanakan dan telah dikompensasi dengan cara kredit karbon.

|Baca juga: IFG Perkuat Industri Asuransi Lewat Peningkatan Literasi Keuangan

|Baca juga: Resmi Jadi Presiden, Prabowo Ternyata Punya Kekayaan Fantastis Tanpa Utang!

Aktivitas bebas zero emisi ini meliputi emisi yang dihasilkan dari transportasi yang digunakan, serta limbah atau sampah yang dihasilkan dari makanan maupun dekorasi kegiatan, yang berpotensi menghasilkan karbon emisi satu ton karbon emisi per orangnya.

Kemudian, Pertamina juga mengajak awak media ke wilayah operasional bidang petrokimia dan turunannya. Saat itu, Pertamina melalui PT Polytama Propindo telah memproduksi polypropylene resin utama di Indonesia dengan kapasitas 300 ribu ton per tahun.

Selain sosialisasi bisnis operasional, Pertamina juga mengajak para awak media ke pilar non bisnis yaitu program CSR Pertamina dengan mengunjungi secara langsung konservasi air danau cinta yang dikelola Pertamina Sub Holding Commercial & Trading, PT Pertamina Patra Niaga.

Konservasi air ini dilakukan revitalisasi sejak covid-19 di 2021 yang kini menjadi tempat wisata area Karawang, Jawa Barat. Danau Cinta merupakan Program Ngabedahkeun Walahar, yakni upaya konservasi air danau berbasis pemberdayaan masyarakat yang digerakkan oleh para pejuang lingkungan, ekonomi, dan sosial di Desa Walahar.

|Baca juga: Gibran Rakabuming Raka Resmi Jadi Wapres, Ternyata Segini Harta Kekayaannya!

|Baca juga: Dapat Restu dari OJK, BRI Life Bakal Spin Off Unit Usaha Syariah di 2026

“Terbentuknya kawasan eduwisata Danau Cinta mengedepankan aspek K3 & energi bersih, peningkatan ekonomi masyarakat lokal, serta terbentuknya kawasan yang saling terintegrasi dan lingkungan yang bersih,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso.

Sumber daya manusia unggul

Tidak hanya itu, Pertamina juga terus memperkuat komitmen mencapai target NZE di 2060 dengan menyasar Sumber Daya Manusia (SDM) unggul melalui program New and Renewable Energy (NRE) Academy. Program ini terjalin dalam sinergi dengan Thunderbird School of Global Management, Arizona State University.

Direktur SDM Pertamina M Erry Sugiharto mengatakan melalui NRE Academy, Pertamina memberdayakan Perwira (sebutan untuk Pekerja Pertamina) berkompetensi pada proyek-proyek energi terbarukan di Tanah Air. Dengan NRE Academy, Perwira Pertamina diharapkan memperluas wawasannya dan memiliki solusi inovatif untuk menjawab tantangan energi di Indonesia.

“Sebagai pemimpin transisi energi nasional, Pertamina meyakini SDM menjadi kunci utama dalam kelancaran komitmen energi transisi ini,” ucap Erry.

Optimalisasi SDM mencapai target NZE tidak berhenti sampai di situ. Pertamina terus memasang mode kebut dengan kembali menggelar rangkaian acara Pertamina Goes To Campus (PGTC) 2024. Jika sebelumnya pelaksanaan kegiatan dilakukan di universitas yang berdomisili di Indonesia, untuk pertama kalinya Pertamina menggelar PGTC di luar negeri yaitu di Singapura.

|Baca juga: Lansia di Asia Tidak Terlalu Tertarik Punya Asuransi Jiwa, Kenapa?

|Baca juga: Dilantik sebagai Staf Khusus Presiden, Berikut Profil Lengkap Yovie Widianto

PGTC perdana di luar negeri ini dilaksanakan berkolaborasi dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Singapura (PPIS) dan Kedutaan Besar Indonesia Singapura yang dilaksanakan selama dua hari yaitu 16-17 Oktober 2024.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan ke depan Pemerintah Indonesia menargetkan untuk meningkatkan posisi Indonesia dari middle-income country menjadi high-income country pada 2045. Demi mencapai target tersebut dibutuhkan pertumbuhan ekonomi.

Ia menambahkan untuk meningkatkan peringkat Indonesia menjadi high-income country dibutuhkan peningkatan ekonomi sebesar 7-8 persen per tahunnya. Hal itu, masih kata Nicke, bisa dicapai jika kontribusi industri manufaktur domestik mencapai 30 persen.

“Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan ketahanan energi baik dari energi fosil maupun dari energi hijau. Pertamina secara berkelanjutan melaksanakan program biofuel untuk memberikan energi alternatif hijau yang menggunakan sumber daya alam domestik,” kata Nicke.

Di sisi lain, Pertamina juga terus memonitor implementasi injection C02 Lapangan Sukowati, Bojonegoro, dengan sistem digital 24 jam bernama Data Acquisition Realtime Analyzer Command Center (DARA CO.CO). Digitalisasi sistem mampu memonitor seluruh aktivitas Injection CO2 beserta SDM di area operasional Lapangan Migas Sukowati, Bojonegoro, Jawa Timur.

Nicke Widyawati memonitor langsung proses injection C02 di ruang kendali digital. “Sebagai BUMN, amanah untuk melakukan terobosan-terobosan termasuk implementasi teknologi baru, dan sebuah kebanggaan menjadi bagian dari sejarah pelaksanaan teknologi baru untuk mewujudkan kemandirian energi,” jelas Nicke.

|Baca juga: Allianz Trade Tunjuk Bos Baru untuk 6 Negara ASEAN, Indonesia termasuk?

|Baca juga: Raffi Ahmad Dilantik Presiden Prabowo di Istana, Dapat Jabatan Apa?

Semua yang dilakukan tentu merupakan asa yang diyakini Pertamina dan pemerintah untuk mencapai keberlanjutan bisnis dengan mencapai NZE secepatnya. Jika terjadi dan semua pihak mau bergotong royong bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi bisa positif secara berkelanjutan di masa mendatang.

Berhati-hati

Meski demikian, upaya yang dilakukan Pertamina dalam rangka menggunakan energi bersih guna menekan emisi karbon dan harapannya mendukung tercapainya NZE tidak melulu mulus. Pengamat Energi Komaidi Notonegoro mengingatkan agar Pertamina berhati-hati dalam transisi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT).

Pasalnya, sekarang ini mayoritas pendapatan perusahaan masih bergantung pada sektor energi fosil. Komaidi menekankan jika pendapatan Pertamina terganggu akibat transisi energi maka dampaknya bisa dirasakan terhadap dividen yang disetorkan kepada negara.

Kendati tidak mudah karena dihadang berbagai macam tantangan dan rintangan, namun pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menegaskan komitmen pemerintah untuk mencapai target NZE pada 2060, atau bahkan lebih cepat.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menyatakan pengurangan emisi menuju NZE 2060 ditargetkan mencapai 93 persen dari skenario Business as Usual (BaU). Target ini akan dicapai dengan memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan serta menerapkan program efisiensi energi.

“Kita ingin mengurangi emisi sampai 93 persen dan untuk mengoptimalkan sumber energi terbarukan untuk suplai energi dan memenuhi permintaan energi nasional,” ujar Eniya.

Kementerian ESDM, lanjut Eniya, telah menyusun peta jalan menuju NZE 2060, yang mencakup program dan rencana aksi untuk mengelola suplai dan permintaan energi hingga 2060. Peta jalan ini terdiri dari berbagai strategi nasional yang dirumuskan bersama para pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta.

|Baca juga: KoinWorks Dukung Bulan Inklusi Keuangan Demi Wujudkan UMKM dan Masyarakat Produktif

|Baca juga: Wakil Presiden RI Kunjungi Area Konstruksi CP 201 Fase 2A MRT Jakarta

“Peta jalan menuju NZE 2060 terdiri dari strategi-strategi nasional, termasuk implementasi efisiensi energi, elektrifikasi, moratorium dan penghentian PLTU batu bara, serta pengembangan energi terbarukan, termasuk hidrogen, dan amonia. Kita juga akan mengimplementasikan teknologi CCS/CCUS di Indonesia,” jelasnya.

Akan tetapi, Eniya mengungkapkan, ada dua tantangan besar menuju NZE 2060. Tantangan pertama adalah bagaimana mengurangi emisi dari pembangkit listrik yang ada, baik melalui pengurangan maupun penghentian secara bertahap PLTU. Tantangan kedua adalah bagaimana menghadirkan lebih banyak EBT untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Untuk mengatasi tantangan itu, pemerintah telah menetapkan rencana pengembangan 367 gigawatt (GW) pembangkit listrik EBT pada 2060. Kapasitas PLTS akan menjadi 115 GW, pembangkit listrik terbesar, diikuti oleh PLTA (46 GW), PLT Amonia (41 GW), dan PLTB (37 GW).

“Selain itu, tidak ada tambahan pembangkit listrik batu bara setelah 2030, kecuali yang sedang dalam tahap konstruksi,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post 6 Cara Efektif Menemukan Produk Asuransi yang Tepat untuk Anda
Next Post Allianz Syariah Berbagi Kebaikan lewat Program Literasi dan Inklusi

Member Login

or