Media Asuransi, JAKARTA – Pertumbuhan marginal diperkirakan terjadi pada awal tahun 2025 di seluruh sektor manufaktur ASEAN. Momentum pertumbuhan output dan permintaan baru menurun menyebabkan kenaikan sedang dan terkendali pada aktivitas pembelian.
Kabar baiknya, setelah dua bulan penurunan lapangan kerja, ketenagakerjaan mulai stabil. Terlebih lagi, tekanan harga terus menurun, dengan biaya operasional dan harga jual naik di tingkat lemah masing-masing dalam 18 dan empat bulan.
Purchasing Managers’ Index™ (PMI®) Manufaktur ASEAN dari S&P Global menunjukkan perbaikan tingkat sedang pada kesehatan sektor manufaktur ASEAN pada bulan Januari dengan angka 50,4, turun dari 50,7 pada bulan Desember dan merupakan yang terendah selama hampir satu tahun.
|Baca juga: Manufaktur Indonesia Menggeliat pada Awal Tahun 2025
Perbaikan kondisi pengoperasian ditandai dengan kenaikan rendah pada volume pesanan dan output. Tingkat pertumbuhan di dua kategori tersebut melambat dengan perolehan terkini merupakan yang paling lemah masing-masing dalam tren 11 dan empat bulan.
Meski permintaan manufaktur sedikit melambat, aktivitas pembelian input di antara produsen barang ASEAN naik pada laju lebih lambat pada bulan Januari. Ekspansi terkini merupakan yang tercepat dalam tiga bulan.
Akan tetapi, penumpukan pekerjaan yang terus naik menunjukkan kenaikan tekanan kapasitas. Meski kenaikan sebelas bulan berturut-turut pada pekerjaan yang belum terselesaikan menurun, namun masih termasuk yang terkuat sejak bulan September tahun lalu.
|Baca juga: Sektor Manufaktur ASEAN Tumbuh Moderat di Akhir 2024
Produsen juga mencatat sedikit pergeseran pada proses perekrutan mereka setelah penurunan minimal tercatat pada bulan November dan Desember tahun lalu. Indeks yang disesuaikan secara berkala tepat melampaui tanda netral 50,0 untuk pertama kali dalam empat bulan.
Pengurangan stok tetap stabil karena perusahaan sedikit mengurangi stok pembelian dan barang jadi untuk memenuhi kebutuhan produksi di tengah tantangan pasokan yang terjadi. Kinerja vendor turun selama sembilan bulan berturut-turut pada bulan Januari, meski penurunan terkini merupakan yang paling ringan dalam enam bulan.
Data bulan Januari mengungkap penurunan tekanan inflasi berkelanjutan. Inflasi harga input melambat selama dua bulan berturut-turut menandai kenaikan biaya operasional sejak bulan Juli 2023. Inflasi harga output juga mengalami penyesuaian, naik sedang pada laju paling lemah dalam empat bulan.
|Baca juga: Bank Indonesia: Inflasi Januari 2025 Menurun
Terakhir, tingkat kepercayaan diri di seluruh sektor manufaktur ASEAN secara umum tidak berubah dari kondisi bulan Desember. Sementara perusahaan mengantisipasi kenaikan output dalam 12 bulan mendatang, tingkat optimisme menurun dibandingkan data historis.
Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom di S&P Global Market Intelligence mengatakan seiring dengan berjalannya tahun 2025, sektor manufaktur ASEAN mengalami pertumbuhan tingkat sedang selama tiga belas bulan berturut-turut, meski kenaikan terkini merupakan yang paling lambat sejak bulan Februari 2024.
“Permintaan baru dan output mengalami ekspansi pada laju lebih lambat, dan pasar ekspor terus menghambat pertumbuhan penjualan secara keseluruhan,” jelasnya dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 4 Februari 2025.
Sisi baiknya, sambung dia, tekanan inflasi berkurang dan setelah dua bulan PHK, jumlah tenaga kerja sedikit naik pada bulan Januari.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BCA dan Tiket.com Tawarkan Tiket Murah untuk Musim Libur Sekolah
Sabtu, 26 April 2025
