Media Asuransi, JAKARTA –DBS Group Research menyampaikan bahwa memasuki tahun 2025, lanskap geopolitik dan ekonomi global tetap kompleks dan penuh nuansa hingga sulit dipahami. Secara khusus, pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang baru saja selesai, diperkirakan akan memberikan dampak luas terhadap pasar dan aset berisiko di seluruh dunia.
“Dengan Partai Republik menguasai baik Senat maupun Dewan Perwakilan Rakyat, pemerintahan Trump kini memiliki mandat jelas dan kekuatan besar untuk mendorong agenda kebijakan apa pun di Capitol Hill, baik itu pemotongan pajak, perubahan iklim, maupun keamanan perbatasan,” kata Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook, dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa, 14 Januari 2025.
|Baca juga: DBS: Lanskap Geopolitik dan Ekonomi Global di 2025 Tetap Kompleks
Perekonomian AS dia perkirakan terus menunjukkan daya tahannya, sementara pertumbuhan yang lemah berlanjut di Eropa seiring lesunya permintaan ekspor. China kemungkinan akan mendorong lebih banyak stimulus untuk memperkuat konsumsi domestik.
Hou Wey Fook memperkirakan, pemangkasan lebih lanjut kemungkinan akan dilakukan oleh The Fed dan Bank Sentral Eropa (ECB), meskipun kecepatan pelonggaran masih menjadi perdebatan. Sementara itu, kenaikan suku bunga bertahap oleh Bank Sentral Jepang (BOJ) akan berlanjut, meskipun ada kemungkinan penundaan akibat perubahan politik.
|Baca juga: Menkeu: APBN 2024 Dirancang untuk Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
Dia menyarankan untuk mempertahankan pilihan pada saham AS ketimbang saham Eropa dan Jepang. Hal ini berdasar keuntungan marjin perusahaan yang tinggi, konsumsi domestik tangguh, belanja modal AI yang tinggi, dan potensi kebijakan ekspansionis Trump.
Menurut Wey Fook, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga, namun pergerakannya kemungkinan akan bergejolak. Karena pada saat yang sama, para pelaku pasar sedang menavigasi kebijakan Trump 2.0, yang mencakup pemotongan pajak dalam skala besar, tarif, dan defisit fiskal.
“Tetap optimistis terhadap emas, yang menguat secara struktural akibat peningkatan defisit fiskal AS kendati ada konsolidasi baru-baru ini. Pilih pendekatan portofolio yang melibatkan aset privat dan publik. Pertimbangkan aset semi-likuid untuk mengelola likuiditas,” tegasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News