Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan BI 7–Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada pekan ini. Lonjakan inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi dan tren kenaikan suku bunga di tingkat global menjadi pertimbangan BI untuk mengerek BI7DRR.
Gubernur Perry Warjiyo dan anggota Anggota Dewan Gubernur lain dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2022 pada Rabu dan Kamis (21-22 September 2022).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan.SCROLL TO RESUME CONTENT.
|Baca juga: Tren Kenaikan Suku Bunga Global Diperkirakan Berlanjut Hingga 2023
Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,00% sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25%.
Sebagai catatan, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada Agustus 2022. Kenaikan tersebut adalah yang pertama sejak November 2018 atau dalam 44 bulan.
Ekonom DBS, Radhika Rao, juga mengatakan bahwa BI perlu menaikkan suku bunga untuk menjaga ekspektasi inflasi. Ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat setelah pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi pada 2 September lalu.
Inflasi umum Indonesia menembus 4,64% (year on year/yoy) sementara inflasi inti tercatat 3,04% (yoy). Inflasi inti (yoy) adalah yang tertinggi sejak November 2019 (3,08%).
“Concern terbesar saat ini adalah dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM ke inflasi. Kenaikan suku bunga lebih untuk menjaga ekspektasi inflasi dalam negeri dan bukan hanya untuk mengikuti tren kenaikan suku bunga global,” tutur Radhika dalam laporannya Macro Insights Weekly: Can the global Economy Handle Positive Real Rates?.
|Baca juga: Suku Bunga Acuan Naik, Industri Ini Terancam
Seperti diketahui, pemerintah telah menaikkan harga BBM Pertalite, Pertamax, dan Solar pada 2 September lalu. Harga BBM jenis RON 90 atau Pertalite naik dari Rp7.650/liter menjadi Rp10.000/liter. Sementara itu, harga minyak diesel atau Solar naik dari Rp5.150/liter ke Rp6.800/liter.
Kenaikan harga BBM diyakini akan melambungkan inflasi baik melalui dampak langsung dan dampak lanjutan mulai dari kenaikan harga transportasi hingga ongkos produksi.
Gubernur BI Perry Warjiyo, bulan lalu, memperkirakan kenaikan harga BBM bisa melambungkan inflasi hingga 5,2%, jauh di atas target BI di kisaran 2-4%. Inflasi inti diperkirakan akan mencapai 4,15%.
Sementara itu, Kementerian Keuangan memperkirakan inflasi pada akhir tahun 2022 akan mencapai 6,6-6,8%. Sejumlah lembaga juga memperkirakan inflasi Indonesia akan melambung hingga di atas 7% akibat kenaikan harga BBM Subsidi.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News