Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Jumat atau di akhir pekan berakhir di area penguatan dan kembali bertengger di 7.000. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada perdagangan sore terlihat menguat ketimbang pagi tadi di Rp16.417 per US$.
IHSG Jumat, 28 Juni 2024, perdagangan sore ditutup di 7.063, menguat 95 poin atau setara 1,37 persen ketimbang pagi tadi di 6.967. Posisi tertinggi di 7.084 dan terendah di 6.987. Volume perdagangan hari ini tercatat sebanyak 16 miliar lembar saham senilai Rp19 triliun. Sebanyak 335 saham menguat, 212 saham melemah, dan 237 saham stagnan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada perdagangan sore berakhir menguat ke Rp16.375 per US$, menanjak 30 poin atau setara 0,19 persen dengan year to date return 6,34 persen. Hari ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp16.374 per US$ hingga Rp16.419 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp16.317 per US$.
Penurunan suku bunga
Di sisi lain, saham-saham di Amerika Serikat berakhir lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Hal itu terjadi setelah data menunjukkan berlanjutnya perlambatan dalam aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan harapan investor untuk penurunan suku bunga.
|Baca juga: Morningstar DBRS: Asuransi Siber Kian Memainkan Peran Penting di Era Digital
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 36,26 poin atau 0,09 persen menjadi 39.164,06. Sedangkan indeks S&P 500 bertambah 4,97 poin atau 0,09 persen menjadi 5.482,87. Kemudian, indeks Komposit Nasdaq meningkat 53,53 poin atau 0,30 persen menjadi 17.858,68.
Sedangkan dolar Amerika Serikat (US$) melemah terhadap sebagian besar mata uang pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Dolar AS tertekan oleh melemahnya data ekonomi terbesar di dunia yang mendukung ekspektasi Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga tahun ini.
Adapun yen naik tipis dari level terendahnya dalam 38 tahun terhadap greenback menyusul data AS, bahkan ketika para pedagang tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi Jepang untuk menopang mata uang tersebut.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News