Media Asuransi, JAKARTA – Dahlan Iskan yang merupakan Menteri BUMN era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan analisanya terkait wacana pergantian operasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) oleh Pelita Air Service (PAS).
Dirinya yang dikenal juga sebagai pengusaha media, menduga salah satu pertimbangan untuk melakukan penggantian tersebut adalah masalah bahan bakar. Dalam catatan di blog pribadinya Disway, Dahlan Iskan menyatakan Pertamina saat ini memiliki piutang Rp12 triliun kepada Garuda Indonesia.
Baca juga: Asuransi Kaki Lionel Messi Rp12,8 Triliun, 7 Kali Lebih Mahal dari CR7
Itu merupakan piutang penjualan bahan bakar pesawat ke maskapai tersebut. Keberadaan piutang tersebut menyulitkan Pertamina. Pasalnya, di tengah kinerja keuangan yang sempat rugi pada tahun lalu, keberadaan piutang itu nilainya tidak masuk akal dan melanggar prinsip sebuah perusahaan.
Bagaimana mungkin sebuah perusahaan yang rugi memiliki tagihan yang begitu besar. Dahlan Iskan mengatakan Pertamina bukan merupakan lembaga keuangan yang boleh memberikan pinjaman. Selain itu, peraturan pajak juga melarang sebuah perusahaan memberikan pinjaman ke perusahaan lain dalam bentuk seperti yang dilakukan Pertamina ke Garuda Indonesia.
Dahlan mengaku tak tahu alasan kenapa Pertamina mau memberikan utang sebesar itu. Ia hanya menduga itu semua dilakukan karena ada perintah dari pemerintah selaku pemegang saham perusahaan. Kalau dugaan itu benar, Dahlan Iskan mengatakan Pertamina pasti punya perintah tertulis yang jadi dokumen keuangan. Kalau ada dokumen perintah, itu baik bagi Pertamina.
Seandainya nanti Garuda Indonesia benar-benar ditutup, Pertamina bisa menagih piutang itu ke pemerintah. Memang, Pertamina bisa saja tak menerima dana tunai dari penagihan piutang itu. Mereka bisa dapat potongan kewajiban bayar dividen ke pemerintah. Pertamina tetap dianggap membayar dividen setara dengan piutang yang mereka berikan ke Garuda.
Lalu bagaimana kalau Pelita menggantikan Garuda? Dahlan mengatakan itu semua justru memudahkan Pertamina. Walaupun nanti Pertamina tetap harus mengirimkan bahan bakar, perhitungan akuntansinya menjadi lebih mudah.
Baca juga: Penjualan Produk Rumah Tangga Anjlok, Laba Bersih UNVR Jeblok
Piutang bahan bakar Pertamina ke Pelita nantinya bisa diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menjadi sebuah tambahan modal bagi Pelita. Hal itu berbeda jika Garuda tak ditutup. Dahlan Iskan juga mengatakan dengan mengubah Pelita menjadi ‘Garuda Baru’ persoalan manajemen juga menjadi lebih mudah. Pasalnya, Pelita tidak punya beban masa lalu.
Saat ini Pelita masih langsing sehingga bisa mencari pesawat yang lebih murah dan tenaga yang lebih selektif. Poin besar lain, Pertamina memiliki anak usaha penerbangan besar. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News