Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Tracker – Global economic updates: Tight monetary policy to resume in 1H23, ekonom Mirae Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa Bank Sentral AS (The Fed) pada bulan Desember, sesuai ekspektasi, menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps ke kisaran target 4,25% dan 4,50%, setelah empat kali kenaikan berturut-turut sebesar 75 bps.
“Kami percaya bahwa kenaikan suku bunga kebijakan oleh The Fed akan berlanjut dalam beberapa pertemuan FOMC berikutnya. Jalur kenaikan suku bunga fed fund di masa depan akan sangat bergantung pada data yang akan datang,” tulisnya, Jumat 16 Desember 2022.
|Baca juga: Bank Indonesia Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 2023 Sebesar 4,5-5,3 Persen
Rully memperkirakan volatilitas pasar akan berlanjut sepanjang 1H23 karena The Fed akan melanjutkan siklus pengetatannya, baik dengan menaikkan suku bunga maupun mengurangi kepemilikan surat-surat berharganya. Neraca The Fed telah menyusut dalam beberapa bulan terakhir, dengan penurunan total aset sebesar US$329 miliar menjadi US$8,63 triliun per 7 Desember (vs USD8,96 triliun di bulan Juni), menyebabkan pengetatan likuiditas USD di pasar global.
Lebih lanjut, Rully menerangkan BI akan melakukan rapat Dewan Gubernur terakhirnya tahun ini pada 21-22 Desember. Dia memperkirakan kenaikan BI 7-Days Reverse Repo rate yang lebih moderat, sebesar 25 bps menjadi 5,5%.
“Kami perkirakan bahwa BI akan menaikkan suku bunga kebijakannya dua kali sebesar 25 bps pada 1H23 ke level 6,0% untuk menjaga selisih dengan suku bunga kebijakan AS,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News