1
1

Anggaran Siber Melonjak tapi Resiliensi Masih Terpuruk, Ternyata Ini Penyebabnya!

Ilustrasi. | Foto: nao.org.uk

Media Asuransi, GLOBAL – Survei PwC Global Digital Trust Insights 2025 menyebutkan hampir 80 persen organisasi berencana meningkatkan anggaran siber mereka dalam setahun ke depan. Namun, hanya dua persen perusahaan yang menerapkan resiliensi siber secara penuh, meskipun 66 persen pemimpin teknologi menganggap risiko siber sebagai prioritas utama.

Biaya rata-rata pelanggaran data bagi responden mencapai US$3,3 juta. Seiring berkembangnya platform digital, 67 persen responden menyatakan generative AI (GenAI) telah memperluas permukaan serangan dalam setahun terakhir.

|Baca juga: AAUI Siap Gelar Indonesia Rendezvous 2024 di Bali, Ini Rangkaiannya!

|Baca juga: Bos Asuransi KitaBisa Sebut Asuransi Bukan Hanya tentang Risiko Finansial, Lalu Apa?

Ancaman siber utama yang dihadapi mencakup risiko terkait cloud (42 persen), operasi hack-and-leak (38 persen), pelanggaran pihak ketiga (35 persen), dan serangan pada produk terhubung (33 persen). Di sini tim keamanan merasa paling tidak siap.

Melansir Insurance Asia, Kamis, 10 Oktober 2024, Pemimpin Global Cyber & Privacy PwC Sean Joyce menekankan pentingnya akuntabilitas di semua tingkat organisasi untuk memperkuat resiliensi siber. Ia mendorong perusahaan untuk mengadopsi teknologi baru dan prinsip-prinsip dasar keamanan siber.

Meski ada tantangan, namun organisasi tetap meningkatkan investasi di GenAI dan keamanan siber. Selama setahun terakhir, 78 persen perusahaan meningkatkan investasi GenAI, sementara 72 persen meningkatkan manajemen risiko dalam tata kelola AI. Namun, tantangan tetap ada, terutama di sistem yang ada (39 persen) dan kurangnya kebijakan standar (37 persen).

|Baca juga: Reconnecting Dinner Awali Acara 28th Indonesia Rendezvous 2024

|Baca juga: Curi Perhatian Dunia, AAUI Harap Indonesia Rendezvous 2024 Dorong Industri Asuransi Tumbuh Berkelanjutan

Ke depan, 77 persen organisasi mengharapkan kenaikan anggaran siber, dengan pemimpin bisnis memprioritaskan perlindungan data (48 persen) dan pemimpin teknologi fokus di keamanan cloud (34 persen). Sekitar 30 persen perusahaan memperkirakan peningkatan anggaran antara 6-10 persen, sementara 20 persen berharap kenaikan lebih dari 11 persen.

Kepercayaan pelanggan (57 persen) dan integritas merek (49 persen) menjadi pendorong utama investasi dalam keamanan siber, dengan 96 persen organisasi menyebutkan peningkatan regulasi sebagai faktor yang mendorong pengeluaran.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post China Bangun Kerangka Asuransi Khusus Sains dan Teknologi, Apa Gunanya?
Next Post Indonesia Rendezvous 2024 Jadi Wadah Strategis bagi Industri Asuransi dalam Menjalin Jaringan

Member Login

or