Media Asuransi, GLOBAL – S&P Global Ratings memperingatkan perusahaan asuransi semakin tertekan akibat klaim bencana alam yang terus meningkat.
Dilansir dari Insurance Asia, Jumat, 13 September 2024, dalam laporan bertajuk ‘Insurers Focus On Underwriting To Tackle Climate Risk‘ tercatat di 2023 menjadi tahun keempat berturut-turut dengan kerugian asuransi akibat bencana alam melebihi US$100 miliar secara global.
Klaim dari bencana alam seperti badai di AS, Prancis, dan Italia yang merusak dalam dua tahun terakhir semakin membebani sektor asuransi. S&P memproyeksikan kerugian asuransi akan terus meningkat dalam jangka panjang seiring pertumbuhan ekonomi, populasi, serta inflasi klaim.
Untuk mengatasi tekanan ini, perusahaan asuransi diperkirakan menyesuaikan harga polis, mengurangi eksposur, dan mengalihkan sebagian risiko ke perusahaan reasuransi. “Meskipun klaim terus meningkat, diversifikasi portofolio membantu melindungi asuransi dari risiko berlebihan,” sebut laporan tersebut.
|Baca juga:Â Kisah Inspiratif Wanita Hebat AgenBRILink yang Perluas Akses Keuangan ke Seluruh Nusantara
|Baca juga:Â Hexa Prima Nusantara Bakal Jadi Pengendali Baru Lini Imaji Kreasi Ekosistem (FUTR)
Meski biaya reasuransi juga naik, namun peran mereka masih dianggap penting dalam mengelola volatilitas risiko bencana. Reasuransi global menyerap sekitar US$50 miliar premi bencana alam pada 2023, melindungi eksposur utama perusahaan asuransi.
Di wilayah seperti AS dan Jepang, di mana klaim bencana alam lebih sering terjadi, profitabilitas asuransi diprediksi lebih tertekan. Namun, industri asuransi tetap bisa bertahan dengan menyesuaikan margin penjaminan dan bermitra dengan pihak publik.
Seiring meningkatnya frekuensi bencana, premi dan deductible yang lebih tinggi diperkirakan menjadi hal umum, menimbulkan kekhawatiran mengenai keterjangkauan perlindungan asuransi di masa depan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News