Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan asuransi di China mulai beralih ke produk dengan pengembalian mengambang, seperti polis partisipasi, asuransi jiwa universal, dan polis unitlink. Hal itu terjadi di tengah tekanan yang meningkat akibat ketidaksesuaian aset dan kewajiban.
Langkah ini diambil karena perusahaan asuransi jiwa kesulitan memenuhi pembayaran yang dijamin melebihi tingkat pengembalian pasar saat ini, menurut laporan dari S&P Global Ratings. Dengan suku bunga yang terus menurun dan volatilitas pasar yang meningkat, masalah ini diperkirakan semakin memburuk.
|Baca juga: Baru 11,4% Rencana Pembayaran Klaim AJB Bumiputera yang Terwujud
|Baca juga: Short Selling Resmi Diimplementasikan, Apa Manfaatnya bagi Investor?
Dilansir dari laman Insurance Asia, Jumat, 4 Oktober 2024, S&P Global Ratings memprediksi tindakan lebih ketat mungkin diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Sedangkan perusahaan asuransi jiwa, terutama yang berukuran kecil dan menengah, paling rentan terhadap tekanan ini.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi, meningkatnya angka pengangguran, serta pembatalan polis memperburuk kondisi di sektor ini. Ketidaksesuaian suku bunga, yang telah menjadi masalah sejak 2015, semakin memburuk karena turunnya imbal hasil obligasi.
Meskipun regulator China telah menetapkan batasan pada suku bunga, pengetatan lebih lanjut kemungkinan diperlukan. Perusahaan asuransi diperkirakan bergeser ke produk pengembalian mengambang untuk mengelola kewajiban mereka, meskipun produk ini memiliki risiko kepatuhan yang lebih tinggi dan mungkin kurang menarik bagi pelanggan.
|Baca juga: BNI Sekuritas Jadi Lead Transaction Advisor dalam Kemitraan Strategis Jasamarga Transjawa Tol
|Baca juga: Kebijakan The Fed akan Beri Sentimen Positif ke Pasar Modal Indonesia
Akibatnya, pertumbuhan premi asuransi jiwa diperkirakan melambat menjadi 5-8 persen dalam dua tahun ke depan, turun dari 10,2 persen pada 2023. Sementara itu, sektor asuransi properti dan kecelakaan (P&C) juga menghadapi tekanan besar akibat volatilitas pasar modal dan penurunan tajam suku bunga.
Pada 2024 diperkirakan menjadi tahun yang penuh tantangan, dengan kerugian underwriting yang kemungkinan terjadi akibat bencana cuaca ekstrem, seperti yang terlihat pada kerugian ekonomi besar yang diakibatkan oleh Topan Yagi dan Topan Bebinca.
|Baca juga: Ini Sejumlah Pemenang Best Reinsurance hingga Special Award Reinsurance di Ajang Insurance Award 2024
|Baca juga: Prudential Indonesia Gelar Literasi Keuangan Inklusif bagi Komunitas Disabilitas
Selain itu, dorongan pemerintah untuk menyediakan asuransi terjangkau, termasuk asuransi kesehatan inklusif dan asuransi bencana, menghadirkan tantangan tambahan. Program-program ini memiliki potensi untuk pertumbuhan, tetapi margin keuntungan yang dihasilkan cenderung tipis.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News