1
1

Erdikha Sekuritas: IHSG Mencoba Menguat

Seorang investor sedang memperhatikan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat setelah ditutup di zona merah pada perdagangan kemarin.

Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas, Hendri Widiantoro, menjelaskan bahwa secara teknikal IHSG pada hari kemarin ditutup melemah terjadi konsolidasi membentuk candle spinning bottom, ditransaksikan dengan volume transaksi yang relatif sepi, indikator stochastic bergerak melandai. 

IHSG juga tampak menunjukkan perlawanan terhadap lower band pada indikator bollinger band. “IHSG pada hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat,” jelasnya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Rabu, 14 April 2021.

Baca juga: Dana Kelolaan Reksa Dana Susut Rp4,82 Triliun Sepanjang Maret 2021

Menurutnya, saham-saham yang dapat ditransaksikan pada perdagangan hari ini meliputi: UNTR, INKP, ISAT, ASSA, LSIP, ADHI, TOWR, dan BFIN.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah pada level 5.927 (-0,36%) ditransaksikan senilai Rp9,31 triliun dengan volume transaksi 16,7 miliar lembar saham di saat asing melakukan Aksi Jual Bersih -Rp459,91 miliar   pada beberapa saham LQ45 seperti: BBCA -258(B) , BBRI -88.(B) , TOWR -46.(B) , ASII -34.(B) , BBNI -22.(B) , SMGR -21.(B) , CPIN -16.(B). 

Baca juga: Hindari Kerugian, Kenali Ciri-ciri Investasi Ilegal

Adapun sektor yang  membebani laju IHSG perdagangan kemarin meliputi sektor  Property (-1,206%), Mining (-0,926%), Consumer (-0,908%),  (-0,648%), Manufactur (-0,382%), Trade (-0,137%), sektor yang masih menopang  laju IHSG kemarin meliputi sektor Basic-Ind (0,041%), Misc-Ind (0,235%), Agriculture (0,993%), Infrastructure (1,057%).

Lebih lanjut Hendri menjelaskan, faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG pada kemarin di antaranya adanya rilis data dari China pada pukul 10.00 WIB mengenai neraca perdagangan, ekspor dan impornya. Neraca perdagangannya mengalami penurunan jauh di bawah proyeksi yakni sebesar US$13,8 miliar dari sebelumnya US$103,25 miliar dengan proyeksi turun sebesar US$52,05 miliar. Kemudian untuk data ekspornya mengalami penurunan juga dari sebelumnya 60,6% menjadi 30,6%, dan terakhir untuk impornya mengalami kenaikan dari sebelumnya 22,2% menjadi 38,1% pada bulan Maret.

Baca juga: Bank DBS Indonesia dan Manulife Hadirkan Tiga Alternatif Investasi Baru

Selain itu, dari Euro Area akan rilis juga data penjualan ritelnya selama Februari, kemudian dari US akan rilis data inflasi secara YoY dan MoM nya selama bulan Maret serta tingkat inflasi intinya juga (core inflation rate), angka inflasi di US diperkirakaan mengalami kenaikan dari sebelumnya. “Seperti yang kita ketahui angka inflasi ini merupakan salah satu acuan bank sentral Amerika Serikat dalam menetapkan kebijakan moneternya,” jelas Hendri. 

Apabila terjadi kenaikan inflasi maka kemungkinan the Fed untuk menurunkan suku bunga itu kecil, dan apabila benar terjadi kenaikan, hal tersebut akan mendorong Yield obligasi US tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan, karena seperti yang kita ketahui korelasi pergerakan antara yield obligasi dengan inflasi yaitu positif atau bergerak searah. Selain angka inflasi, dari US juga akan rilis data mengenai penjualan ritel dan data Manufacturing Productions secara YoY dan MoM pada bulan Maret. Aca

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BSI Gelar Akad Masal 1.500 Nasabah KPR Sejahtera
Next Post MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 14 April 2021

Member Login

or