1
1

Talenta Digital Industri Asuransi Menyongsong Indonesia Emas 2045

Budi Sartono Soetiardjo Pemerhati Publik & Asuransi. | Foto: doc

Oleh: Budi Sartono Soetiardjo

 

Pandemi Covid-19 berdampak pada pemanfaatan teknologi digital semakin massif.  Pembatasan sosial masyarakat yang dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu, memaksa masyarakat  harus banyak menggunakan media daring atau  internet.

Revolusi industri 4.0 bak gayung bersambut dengan kehadiran wabah Covid-19. Tak bisa dipungkiri, inilah salah satu dampak positif pandemi. Tema “The Fourth Industrial Revolution” yang pernah diangkat Klaus Schwab  di forum ekonomi dunia di Davos Swiss 2016 lalu, kini semakin memperlihatkan sosoknya.

Pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan  membuat sejumlah negara berlomba untuk menjadi adidaya di bidang digital. Oleh karena itu, sangat mendesak bagi Indonesia untuk segera mengakselerasi pembangunan ekosistem inovasi berbasis digital, yang dapat diaplikasikan di berbagai bidang. Seperti pada layanan konsumen, memahami perilaku pengguna, mengurangi aktivitas tatap muka, memastikan kualitas layanan, mengidentifikasi kecurangan, serta meningkatkan keamanan.

Sebagai contoh, di industri perbankan, BRI sudah mampu mengaplikasikan teknologi digital untuk mengorganisasi data nasabah. Melalui aplikasi, BRI mampu membuat pemeringkatan nasabah, memprofil nasabah, bahkan mampu mendeteksi kecurangan yang dilakukan nasabah.

Kebutuhan talenta-talenta yang ahli di bidang teknologi informasi dan komputer lulusan perguruan tinggi saat ini sangat banyak, namun sayangnya pasokan tenaga terampil masih minim. Talenta yang andal di bidang teknologi digital membutuhkan kemampuan akademis yang menguasai statistika, probabilitas, manajemen bisnis, dan rekayasa perangkat lunak.

Sedangkan kompetensi pribadi yang dibutuhkan adalah sosok yang  mampu secara cepat belajar tentang hal-hal baru dan akurat dalam mengambil keputusan. Belum banyak perguruan tinggi atau universitas yang membuka program atau menawarkan kompetensi semacam ini dalam bentuk paket.

Pemerintah menyebut, kebutuhan talenta teknologi saat ini sekitar 600 ribu hingga 1 juta orang. Namun yang tersedia baru sekitar 200 ribu hingga 300 ribu orang per tahun. Diperkirakan, pada tahun 2030 mendatang Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta di bidang teknologi digital.

Pemerintah melalui BNPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) telah menyusun   strategi besar pengembangan kecerdasan buatan hingga 2045, yang implementasinya sangat membutuhkan dukungan perguruan tinggi. Strategi tersebut dirumuskan BPPT sebagai  strategi nasional kecerdasan artifisial Indonesia 2020-2045.

Berbicara tentang kebutuhan talenta digital di industri asuransi, rasanya masih banyak PR yang harus dikerjakan industri ini. Walaupun telah lahir platform pemasaran digital yang disebut insurtech, tuntutan kebutuhan digitalisasi di industri ini jauh dari kata cukup. Platform digital untuk lini bisnis  asuransi umum, masih sangat kurang, belum memenuhi tuntutan dan kebutuhan.

Keanekaragaman jenis risiko yang ada dalam lingkup industri asuransi umum, belum diakomodasi secara komprehensif dan integratif. Platform pemasaran digital yang ada saat ini baru sebatas melayani jenis risiko-risiko sederhana (simple risk) dan kendaraan bermotor.

Padahal, beragam jenis proteksi telah dipasarkan banyak perusahaan asuransi umum, seperti asuransi pengangkutan barang (darat, laut, udara), dan risiko-risiko multikomplek  seperti Property All Risk (PAR),  Contractor’s All Risk (CAR), Erection All Risk (EAR), Machinery Breakdown (MB), Electronic Engineering Insurance (EEI), Marine and Aviation Hulls, dan berbagai jenis produk asuransi tanggung gugat (Liability Insurance).

Oleh karena itu, menjadi sebuah keniscayaan bahwa platform digital pemasaran, akseptasi bisnis maupun layanan klaim di industri asuransi umum, masih bisa dikembangkan lebih massif. Terutama mengingat sangat beragamnya jenis risiko yang dapat di-cover industri asuransi umum.

Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan mengubah proses yang tadinya dilakukan secara manual-konvensional menjadi digital-otomatik. Digitalisasi mampu menganalisis serta meningkatkan efisiensi kerja. Beberapa usaha rintisan pemasaran barang dan jasa, melalui upayanya sendiri, sanggup membangun pusat-pusat pelatihan dan pengembangan teknologi digital untuk mencetak talenta-talenta digital yang unggul dan mumpuni.

Sangat ditunggu kiprah industri asuransi, khususnya asuransi umum, untuk mendorong serta memacu lahirnya talenta-talenta digital di bidang pemasaran, akseptasi bisnis dan layanan klaim asuransi, yang diharapkan bakal membuka, menciptakan peluang, kesempatan, dan lapangan kerja baru bagi anak-anak muda Indonesia bertalenta. SDM bertalenta digital sudah menjadi tuntutan, bukan hanya sebatas keinginan dan angan-angan.

Kehadiran talenta digital asuransi diharapkan mampu mendorong peningkatan penetrasi pasar asuransi di Indonesia, yang sementara ini, masih tertinggal dari negara-negara tetangga kawasan ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

 

Salam,

 

Penulis adalah Pemerhati Publik & Asuransi, Pengurus A3UI Jawa Barat

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post ANALISIS SEKTORAL: Mengantisipasi Prospek Positif Sektor Farmasi
Next Post Dua Dekade Bersama, Bharti Akuisisi 49% Saham Bharti AXA Life Insurance

Member Login

or