Media Asuransi, GLOBAL – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melancarkan kritik keras kepada China dan menuduh negara itu telah melanggar kesepakatan besar dengan perusahaan penerbangan Boeing. Pernyataan ini memperkeruh hubungan dagang kedua negara di tengah lonjakan tarif impor yang diberlakukan AS terhadap China.
“Bola sekarang ada di tangan China. Mereka yang butuh membuat kesepakatan dengan kami. Kami tidak harus membuat kesepakatan dengan mereka,” kata Trump, dalam pernyataan yang dibacakan oleh Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari The Business Times, Kamis, 17 April 2025.
|Baca juga: Investree Resmi Dibubarkan
|Baca juga: Trisula Textile Industries (BELL) Tebar Dividen Rp5 Miliar
Tuduhan Trump mengemuka setelah laporan Bloomberg menyebutkan China memerintahkan maskapai dalam negeri untuk menghentikan penerimaan pengiriman pesawat dari Boeing. Pemerintah Beijing juga dikabarkan meminta perusahaan maskapai untuk menunda pembelian peralatan pesawat dari perusahaan asal AS.
“Mereka baru saja mengingkari kesepakatan besar dengan Boeing,” tulis Trump di akun Truth Social miliknya, tanpa merinci lebih lanjut kesepakatan yang dimaksud. Ia juga menyebut China hanya membeli sebagian dari apa yang telah disepakati dalam perjanjian dagang sebelumnya, dan menuding Beijing tak memiliki rasa hormat terhadap Pemerintahan Joe Biden.
Trump turut menyoroti kebijakan tarifnya yang agresif, termasuk tambahan bea masuk hingga 145 persen terhadap berbagai produk China. Ia menyebut langkah ini sebagai upaya untuk melindungi petani dan industri AS yang kerap menjadi korban dalam perang dagang.
|Baca juga: Trisula Textile Industries (BELL) Tebar Dividen Rp5 Miliar
|Baca juga: Siap-siap! AS Bakal Terapkan Tarif Baru untuk Impor Chip dan Produk Elektronik
Di sisi lain, Komisi Eropa melalui Ursula von der Leyen menyebut hubungan dagang dengan AS kini menjadi ‘rumit’, menyusul kebijakan tarif Trump sebesar 10 persen terhadap produk Eropa. Pemerintah Kanada juga mengambil langkah antisipatif dengan menawarkan keringanan tarif kepada produsen otomotif agar tetap berproduksi di Kanada.
Merespons kebijakan Trump, China membalas dengan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap produk-produk asal AS, khususnya sektor pertanian. Ketegangan ini diprediksi semakin meningkat di tengah minimnya peluang untuk perundingan dagang baru dalam waktu dekat.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

