Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia dinilai akan melakukan pelonggaran moneter untuk mendorong perekonomian domestik seiring dengan meredanya tekanan inflasi domestik.
Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – April’s inflation update: Moving closer to target, ekonom Mirae Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan bahwa inflasi IHK Indonesia melambat secara signifikan menjadi 4,3% yoy di (vs 5,0% yoy di bulan Maret), level terendah dalam 11 bulan terakhir dan mendekati target 3%±1%.
“Seluruh komponen masih mengalami perlambatan, baik inti, administered price, maupun volatile price. Dalam pandangan kami, kondisi inflasi di Indonesia secara keseluruhan terkendali, sehingga tidak diperlukan pengetatan moneter yang terlalu agresif seperti yang dilakukan oleh beberapa negara maju yang berpotensi menyebabkan resesi,” katanya.
|Baca juga: Volatilitas Tinggi, BI Diperkirakan Fokus Jaga Stabilitas Kebijakan Moneter
Inflasi IHK terus menunjukkan tren penurunan dan Rully cukup yakin akan kembali ke kisaran target di bawah 4% yoy, dalam beberapa bulan ke depan. Namun demikian, dia menilai ketidakpastian kondisi cuaca masih menjadi salah satu tantangan utama dalam menghadapi inflasi.
Menurut dia, tahun ini diprediksi akan terjadi perubahan iklim. La Nina diperkirakan berakhir dan akan beralih ke El Nino yang kemungkinan akan terjadi pada bulan Agustus. “Oleh karena itu, kami memandang bahwa pemerintah perlu mengantisipasi sejak dini, dengan mempertimbangkan semua kebijakan yang harus diambil untuk memastikan produksi dan distribusi pangan yang memadai,” tuturnya.
Seiring dengan meredanya tekanan inflasi domestik, Rully memaparkan kejelasan terminal rate The Fed akan memainkan peran penting dalam BI rate ke depan. Dia menilai BI ingin melakukan pelonggaran moneter untuk mendorong perekonomian domestik. “Kami memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga kebijakan 25 bps pada pertemuan minggu ini untuk terakhir kalinya dalam siklus pengetatan moneter saat ini,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News