PT Asuransi Jiwa Taspen atau Taspen Life mencatat kinerja positif sepanjang tahun 2016 dengan pendapatan premi mencapai Rp388,96 miliar atau tumbuh 207,51 persen dibandingkan pendapatan premi tahun 2015 sebesar Rp126,49. Pada tahun 2017, Taspen Life berencana akan memperbesar asuransi ritel untuk menjaga kesinambungan bisnis perusahaan.
Direktur Utama Taspen Life Maryoso Sumaryono mengatakan bahwa pendapatan premi yang tumbuh pesat tahun lalu ditopang oleh asuransi kumpulan melalui pemasaran di lingkungan pemerintah daerah, BUMN, dan perusahaan swasta. Ke depan, perseroan berencana menambah porsi asuransi ritel melalui peluncuran produk baru. “Tahun ini kami akan membuat produk-produk individu, tapi masih perlahan supaya kami bisa sustain lewat produk individual. Target kita tahun ini tidak terlalu besar sekitar Rp10 miliar saja,” kata Maryoso seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Taspen Life di Jakarta, 17 Maret 2017.
Pada September tahun lalu, Taspen Life meluncurkan dua produk asuransi ritel baru yaitu Taspen Dwiguna Sejahtera dan Taspen Pro Beasiswa. Produk ini melengkapi produk asuransi kumpulan yang telah dimiliki Taspen Life, yaitu Taspen Save, Taspen Group Endowment, Taspen Group Whole Life, Taspen Group Annuity, Taspen Credit Life, Taspen Group Term Life dan Taspen Group Personal Accident.
Maryoso melanjutkan, pihaknya akan memasarkan produk asuransi ritel melalui agen rencananya direkrut sekitar 100 agen. Taspen Life juga memiliki investasi langsung di PT Taspen Abadi Sentosa yang bertindak sebagai frontier agency. Secara umum, Taspen Life mampu membukukan laba sebesar Rp54,93 miliar atau tumbuh 28,64 persen dari capaian laba tahun 2015 sebesar Rp42,70 miliar. Selain pendapatan premi, laba tersebut juga diperoleh melalui hasil investasi yang tahun lalu mencapai Rp195,85 miliar atau tumbuh 18,41 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp165,77 miliar.
Di tempat yang sama, Direktur Keuangan dan Umum Taspen Life Pask Suartha menjelaskan bahwa Taspen Life menginvestasikan dana milik peserta ke sejumlah instrumen investasi, baik investasi portofolio maupun langsung. Sepanjang tahun lalu, sekitar 36,34 persen diarahkan kepada deposito, 34,27 persen di obligasi negara, dan reksadana 39,19 persen. “Tahun ini, instrumen investasi kita masih di deposito untuk menjaga likuiditas, membayar klaim karena deposito kita ini berbeda pada umumnya, jadi kalau diambil sebelum jatuh tempo bebas penalti. Tahun ini deposito porsinya 30 persen,” kata Pask.
Dia menargetkan, hasil investasi 2017 bisa tumbuh sekitar 20 persen setara dengan target pertumbuhan pendapatan premi yang dipatok 20 persen. “Tapi nanti begitu ada perubahan, instrumen kita adjust sedemikian rupa. Kita upayakan supaya profit kita optimal dalam bingkai risiko yang minimal,” tutup Pask. Wik
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Related Posts
Keuangan