Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan di kawasan Australia-Selandia Baru (ANZ) semakin mengandalkan asuransi siber sebagai bagian penting dari strategi keamanan mereka. Survei terbaru menunjukkan 64 persen pemimpin eksekutif di wilayah ini telah membeli polis asuransi siber untuk melindungi bisnis mereka dari ancaman dunia maya.
Namun, tekanan biaya menyebabkan 25 persen organisasi memangkas jumlah karyawan di bidang teknologi informasi (TI) dan keamanan selama setahun terakhir. “Sebanyak 15 persen organisasi bahkan memperkirakan pemangkasan karyawan lebih lanjut sejak 2023,” menurut laporan tersebut, dikutip dari Insurance Asia, Selasa, 21 Januari 2025.
|Baca juga: BPJS Kesehatan: JKN Sudah Lengkap, Jika Mau Lebih, Tambah Asuransi Swasta
|Baca juga: Darma Henwa (DEWA) Akan PMTHEMTD untuk Lunasi Utang
Meskipun demikian, banyak perusahaan justru berencana meningkatkan anggaran keamanan siber mereka. Sebanyak 62 persen organisasi menyatakan akan menambah anggaran untuk keamanan siber pada tahun ini, tetapi sebagian besar dana tersebut dialihkan ke alat manajemen risiko seperti asuransi, bukan untuk memperkuat tim internal.
Langkah ini diambil karena asuransi siber dianggap mampu menutupi celah keamanan yang muncul akibat pengurangan personel dan kurangnya langkah-langkah proaktif. “Asuransi siber memberikan perlindungan tambahan yang dibutuhkan perusahaan di tengah keterbatasan sumber daya internal,” ujar seorang analis keamanan.
Namun, perusahaan masih menghadapi tantangan besar dalam mengakses asuransi siber. Biaya yang tinggi dan keterbatasan cakupan menjadi kendala utama bagi organisasi yang mencari perlindungan menyeluruh.
|Baca juga: Mau Dapat ‘Kado’ Ultah Pemeriksaan Kesehatan Gratis? Begini Caranya!
|Baca juga: Indonesia Resmikan Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon via IDXCarbon
Di tengah ketidakpastian ekonomi, peran asuransi siber diperkirakan semakin penting. Banyak perusahaan melihatnya sebagai solusi untuk menjaga ketahanan terhadap ancaman keamanan yang terus berkembang di era digital.
Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi, keamanan siber kini menjadi prioritas utama bagi perusahaan. Strategi yang menggabungkan peningkatan anggaran dan adopsi asuransi diharapkan mampu melindungi bisnis dari risiko siber yang semakin kompleks.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News