Media Asuransi, GLOBAL – Laporan terperinci tentang industri kelautan di Asia yang diterbitkan QBE menekankan kontribusi ekonomi yang signifikan dan perannya yang krusial dalam perdagangan maritim global. Laporan tersebut menyoroti pentingnya industri ini bagi perekonomian nasional di seluruh kawasan.
Mengutip Insurance Business, Jumat, 31 Mei 2024, laporan QBE menyebutkan hal itu dengan masukan substansial dari negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, Singapura, dan Hong Kong. Dikatakan kemampuan manufaktur Asia yang luas dan sejumlah pelabuhan utama menempatkannya sebagai pemain kunci dalam perdagangan global.
|Baca: Media Asuransi Sukses Gelar Golf Tournament & Charity di Gunung Geulis Country Club
Kawasan ini merupakan kekuatan utama dalam perdagangan peti kemas intra-Asia dan ekstra-regional dan merupakan importir minyak mentah terbesar, dengan China dan India sebagai pembeli utama. Laporan tersebut mencatat Asia juga memainkan peran sentral dalam pembuatan kapal dan daur ulang kapal.
Kondisi itu dengan industri yang diperkirakan mengalami perubahan signifikan dengan pemberlakuan Konvensi Internasional Hong Kong untuk Daur Ulang Kapal yang Aman dan Berwawasan Lingkungan pada Juni 2025. Konvensi ini akan memberlakukan peraturan yang lebih ketat untuk memastikan praktik daur ulang yang ramah lingkungan.
Sektor kelautan
Pada 2023, sektor kelautan menyumbangkan nilai tambah bruto US$145 miliar kepada 10 negara utama di Asia, yang menyumbang 51 persen dari sektor kelautan global. Tiongkok, Jepang, dan Singapura mewakili 70 persen dari nilai tersebut.
Laporan QBE mengatakan industri kelautan sangat penting bagi beberapa ekonomi nasional, menyumbang 2,5 persen terhadap PDB Singapura dan 1,2 persen terhadap PDB Vietnam serta Hong Kong. Sektor-sektor utama yang bergantung pada transportasi maritim termasuk logam dasar, bahan kimia, serta mesin dan peralatan.
Laporan ini memperkirakan pertumbuhan 3,5 persen dalam produksi sektor kelautan pada 2024 di 10 negara. Tingkat pertumbuhan yang lebih kuat sebesar 5,0 persen dan 4,4 persen diantisipasi untuk 2025 dan 2026, seiring dengan pulihnya ekonomi global.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News