Media Asuransi, JAKARTA – Tubuh kuat dan sehat tidaklah abadi sebab seiring pertambahan usia, kemampuan tubuh dan kemampuan organ vital semakin menurun. Penurunan kesehatan akan lebih cepat lagi jika dalam jangka panjang berada di lingkungan kotor, berpolusi, dan terpapar zat kimia.
Gaya hidup yang buruk dari usia muda, seperti tidak menjaga asupan gizi yang baik, pola makan tidak teratur, kurang istirahat, stress, dan tidak rutin berolahraga dapat memicu tubuh lebih cepat menua dan lemah.
Saat pandemi Covid-19 merebak tahun 2020 lalu yang memakan banyak korban terutama mereka yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan, barulah banyak yang tersadar untuk menjaga kesehatan karena takut kalau sampai terkena virus akan mengalami sakit parah atau malah meninggal dunia. Pada awal pandemi, mudah kita temukan orang berolahraga, berjemur pagi, mengonsumsi vitamin, menjalankan diet sehat, dan lainnya.
Kesadaran ini tentunya sangat baik jika dijalankan setiap hari, sedangkan bagi yang sudah memiliki komorbid, menjalankan gaya hidup sehat dapat mempertahankan dan menguatkan sistem pertahanan tubuh.
Langkah awal menjalankan hidup sehat adalah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui apakah kita memiliki penyakit bawaan atau tidak agar jika terdapat gejala dapat segera diobati, sebelum berkembang menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
|Baca juga: Perbedaan Tabungan Pendidikan dan Asuransi Pendidikan
Penyakit komorbid merupakan penyakit penyerta lain selain penyakit utamanya. Dapat bersifat akut atau kronis menahun. Adanya komorbid bisa memperparah gejala atau beratnya derajat penyakit utama. Faktor risiko, seperti usia dan jenis kelamin dapat berbeda pada setiap komorbid, tidak dapat disamaratakan.
Namun, semua penyakit komorbid berpotensi memperberat penyakit yang sedang dialami. Terutama, jika penyakit komorbid tidak terkontrol dan ada gejala. Bahkan, untuk beberapa penyakit, seperti jantung atau stroke bisa menyebabkan kematian mendadak.
Banyak orang tidak menyadari apakah dirinya memiliki penyakit penyerta, misalnya sudah terbiasa minum kopi manis setiap hari padahal sebenarnya sudah ada gangguan diabetes, merasa kaki sering nyeri kesemutan saat mengonsumsi seafood tapi tidak juga memeriksakan diri.
Pada beberapa orang, bisa saja tidak merasakan sesuatu hingga penyakit sudah stadium tinggi tapi ada juga yang merasa ada bagian tubuh tidak nyaman saat mengonsumsi makanan tertentu. Rasa tidak nyaman ini bisa jadi respons tubuh terhadap suatu gejala penyakit. Saat tertular Covid-19 dan didiagnosis terdapat penyakit bawaan barulah kita menyadari bahwa tubuh kita tidak dalam keadaan seratus persen sehat.
Dokter Penyakit Dalam RS Premier Jatinegara Jakarta, Ario Perbowo Putra, menyarankan agar masyarakat tidak mengabaikan komorbid, terutama saat pandemi. Jika seseorang sudah tahu riwayat penyakit terdahulu dan ada obat yang biasa dikonsumsi rutin, maka sudah pasti termasuk orang dengan komorbid. Sebaiknya, selalu informasikan perihal ini kepada dokter yang merawat,” katanya dalam keterangan resmi Sequis Life, Jumat, 8 April 2022.
Bagi mereka yang belum mengetahui apakah memiliki komorbid atau tidak, Ario menyarankan agar berkonsultasi dengan dokter. “Diagnosis akan dilakukan dokter melalui anamnesis tanda serta gejala sebelumnya, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan rekam jantung atau elektrokardiogram (EKG). Dapat juga melalui pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen, ultrasonography, Computerized Tomography (CT) scan, atau Magnetic Resonance Imaging (MRI),” kata Ario.
|Baca juga: Tips Memilih Asuransi Sesuai Tahapan Hidup
Jika pasien terbuka dan jujur, dokter dapat mengetahui sejauh mana kondisi komorbid pasien tersebut terkontrol karena kondisi komorbid pada setiap pasien berbeda. Ada yang kondisi komorbidnya stabil terkontrol dan ada yang kambuh.
“Jika pasien komorbid terinfeksi Covid-19 maka dokter dapat mengetahui derajat berat penyakit Covid-19 dan dapat melaksanakan tatalaksana secara menyeluruh. Jika komorbid terkontrol, akan sama dengan pasien tanpa komorbid,” jelasnya.
Miliki Asuransi Sebelum Terkena Komorbid
Sakit tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, selagi sehat dan produktif, lakukan tindakan preventif dengan memiliki asuransi Kesehatan. Karena asuransi sifatnya bersyarat, yaitu hanya dapat dimiliki saat kondisi sehat dan tidak memiliki penyakit bawaan. Nantinya, asuransi kesehatan akan berguna dalam pengelolaan finansial saat kondisi sakit, yaitu untuk membayar biaya medis.
Faculty Head Sequis Quality Empowerment, Yan Ardhianto, mengartikan asuransi kesehatan dengan cara sederhana, yaitu saat rawat inap, keluarga harus menyiapkan dana untuk keperluan pengobatan dan urusan lainnya, seperti transportasi dan akomodasi menjaga pasien, serta pemeriksaan lanjutan pascarawat inap.
Untuk mendanai semua itu, biasanya menggunakan dana darurat tapi bisa jadi hanya cukup untuk membiayai urusan lain, belum tentu cukup untuk pengobatan. Alternatif lain dengan meminjam uang atau menarik tabungan sebagai solusi tercepat karena menjual aset membutuhkan waktu.
Tetapi, tidak juga ada jaminan bahwa uang yang terkumpul cukup untuk membiayai pengobatan sebab besaran biaya pengobatan hanya diketahui setelah pasien dinyatakan boleh pulang. Setelah pengobatan, keluarga harus menyelesaikan pinjaman. Dana tersisa harus diatur dengan ketat demi bisa membayar utang dan biaya rawat jalan.
Berbeda dengan mereka yang memiliki asuransi kesehatan, tanggungan biaya pengobatan saat rawat inap hingga pascarawat inap akan ditanggung oleh perusahaan asuransi (dengan nilai sesuai ketentuan polis). Jika produk asuransi yang dimiliki sudah menggunakan fasilitas cashless akan lebih baik lagi karena keluarga tidak perlu menyiapkan dana di depan untuk biaya jaminan rumah sakit.
“Jika kita sudah memiliki asuransi kesehatan, saat sakit maka keuangan kita tidak terbebani dan tidak mengganggu dana operasional rutin keluarga, seperti kebutuhan sekolah dan dana belanja rumah tangga. Dengan memiliki asuransi kesehatan, kita juga dapat fokus melakukan perawatan kesehatan dan tidak khawatir dana darurat keluarga terganggu,” jelas Yan.
Tips Memilih Asuransi
Tips sederhana memilih produk asuransi pada masa pandemi dari Yan Ardhianto adalah carilah asuransi kesehatan yang memberikan manfaat tidak hanya biaya kamar. “Sebaiknya miliki asuransi kesehatan yang menanggung biaya rawat inap, perawatan intensif, dan pembedahan yang membayarkan sesuai tagihan (as charged), juga memberikan manfaat perawatan penyakit kritis dengan limit manfaat tahunan yang tinggi, bahkan lebih baik jika nilainya selalu diperbarui setiap tahun oleh perusahaan asuransi,” katanya.
Dia tambahkan, hal ini perlu dilakukan karena biaya rumah sakit naik setiap tahun. Sementara itu, manfaat asuransi yang kita miliki belum tentu mencukupi jika membutuhkan rawat inap yang panjang. Pada Sequis, manfaat ini terdapat dalam produk Sequis Q Infinite MedCare Rider (SQIMC),” jelas Yan.
Menurut dia, bagi mereka yang bekerja lebih banyak di luar ruang, terdapat riwayat penyakit kritis dalam keluarga, memiliki tanggungan yang banyak maka jika penghasilan memadai, dapat menambahkan asuransi tambahan (rider) pembebasan premi (waiver of premium) pada asuransi kesehatan.
Rider ini untuk berjaga-jaga bila mengalami ketidakmampuan total akibat penyakit atau kecelakaan. Padahal, masa pembayaran premi bersifat jangka panjang. Dengan menambah fasilitas pembebasan premi pada polis akan sangat membantu menjaga finansial keluarga tapi tetap bisa mendapatkan manfaat asuransi.
|Baca juga: 6 Aspek Penting Perencanaan Keuangan Pribadi
Yan juga menyarankan bagi mereka yang pendapatannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sudah memiliki tabungan, investasi, juga asuransi kesehatan maka dapat menambah asuransi penyakit kritis.
“Asuransi penyakit kritis berfungsi menjaga kondisi keuangan bilamana dalam jangka panjang terdapat komorbid lalu terdiagnosis penyakit kritis. Uang Pertanggungan dari asuransi penyakit kritis adalah pengganti pendapatan agar tetap dapat berobat dan membiayai kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.
Dia jelaskan, calon nasabah bisa mendapatkan manfaat asuransi penyakit kritis yang memberikan fasilitas premi kembali hingga 150 persen jika tidak ada klaim dari produk Sequis SOFI (System and Organ Function Insurance).
Yan Ardhianto menegaskan bahwa berasuransi tidak harus memiliki penghasilan tinggi terlebih dulu, karena dengan bujet terbatas pun tetap dapat melindungi kemampuan finansial kita jika terkena risiko sakit dengan berasuransi melalui produk asuransi berpremi terjangkau. Pada asuransi online, biasanya preminya murah dan tidak memerlukan cek kesehatan.
Sequis memfasilitasi kebutuhan asuransi kesehatan dengan premi terjangkau melalui Superyou.co.id dengan menyediakan Super Easy Health (asuransi kesehatan umum), Super Well Protection (asuransi penyakit kritis), dan Super Care Protection (asuransi kesehatan penyakit menular).
Lebih lanjut Yan memberikan tips pengelolaan keuangan bagi yang telanjur memiliki komorbid dan penyakit bawaan. “Sangat disayangkan jika kita tidak segera berasuransi karena pengobatan medis akan butuh biaya besar. Jika sudah terlanjur memiliki komorbid, satu-satunya cara menjaga finansial adalah menyisihkan penghasilan untuk dana darurat, minimal 10 persen dari penghasilan tetap. Dana ini hanya boleh diambil jika benar-benar darurat dan menyisihkan pendapatan untuk dana darurat haruslah dilakukan dengan disiplin,” tuturnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News