Media Asuransi, GLOBAL – Permintaan asuransi di kawasan Asia-Pasifik (APAC) terus mengalami peningkatan, terutama dalam sektor asuransi siber dan kendaraan listrik (EV). Gallagher Re dalam laporan terbaru APAC Market Watch menyebutkan kawasan ini memiliki potensi pertumbuhan besar di pasar asuransi kecelakaan, kesehatan, serta asuransi terkait siber dan EV.
Laporan ini mencakup wawasan dari 14 pasar asuransi APAC yang sudah mapan maupun berkembang, dengan memanfaatkan data publik serta masukan ahli. Permintaan akan perlindungan siber semakin terlihat di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Australia, dan Selandia Baru, di mana pasar asuransi siber mengalami pertumbuhan hampir 50 persen setiap tahunnya.
|Baca juga: Tips Ampuh Ngumpulin Dana Buat Jalan-jalan Tanpa Bikin Kantong Bolong
|Baca juga: 5 Langkah yang Wajib Diterapkan untuk Mengelola Keuangan Rumah Tangga
“Asuransi siber di APAC kini menyumbang sekitar tujuh persen dari pasar global pada Januari 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan keamanan digital seiring meningkatnya insiden siber di berbagai sektor,” ungkap Gallagher Re, dikutip dari Insurance Asia, Senin, 11 November 2024.
Asuransi kendaraan tetap menjadi segmen non-jiwa terbesar di APAC, dengan porsi 41 persen dari total premi. Namun, dengan meningkatnya penjualan kendaraan listrik, permintaan untuk perlindungan EV juga semakin banyak diperhatikan. Beberapa negara seperti Taiwan, Singapura, dan China telah mulai menerapkan regulasi asuransi khusus EV.
Tekanan inflasi di sektor asuransi non-jiwa APAC juga kian terasa, terutama pada asuransi kendaraan, properti, dan kesehatan. Pasar yang sudah liberalisasi mampu menyesuaikan tarif, sementara di pasar tarif tetap seperti Indonesia dan Filipina, dampak negatif terhadap profit lebih dirasakan oleh perusahaan asuransi.
Sektor reasuransi di APAC mengalami kapasitas yang lebih terbatas dan biaya yang meningkat, khususnya pada perjanjian proporsional. Meski demikian, inflasi yang mulai stabil memberikan ruang bagi perusahaan asuransi untuk menyesuaikan harga premi dalam jangka pendek.
|Baca juga: Riset HSBC: Nasabah Tajir Indonesia Butuh Rp5,4 Miliar Buat Bekal Pensiun, untuk Apa Saja?
|Baca juga: Diterpa Isu Gagal Bayar Klaim, Begini Tanggapan Bos Prudential!
Kawasan APAC sangat rentan terhadap bencana alam, dengan pertumbuhan perkotaan yang pesat di daerah rawan bencana. Beberapa peristiwa seperti gempa di Jepang dan Taiwan serta topan di Filipina dan Vietnam mengakibatkan kerugian yang signifikan, memperlihatkan tingginya risiko bagi industri asuransi di kawasan ini.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News