1
1

Timur Tengah Memanas, Pemerintah Siapkan Berbagai Skenario Mitigasi

Ilustrasi perang antar negara. | Foto: freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Kondisi geopolitik terkini, khususnya terkait gejolak di kawasan Timur Tengah, telah memberikan dampak nyata terhadap perekonomian global. Seiring dengan upaya untuk tetap menjaga pertumbuhan perekonomian nasional yang sudah baik, pemerintah terus memonitor setiap perkembangan yang ada serta menyiapkan berbagai upaya untuk memitigasi segala potensi risiko dampak yang akan muncul.

“Pada prinsipnya, deeskalasi ataupun menahan diri merupakan suatu hal yang sangat penting. Terutama terhadap negara-negara yang terlibat di sana. Dari sisi perekonomian, tentu kita melihat terjadi lonjakan harga minyak akibat serangan Israel ke kedutaan Iran di Damaskus dan juga terhadap retaliasi yang dilakukan oleh Iran,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi, Selasa, 16 April 2024.

“Dari segi ekonomi, Laut Merah dan Selat Hormuz itu menjadi penting, terutama karena Selat Hormuz itu 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah itu sekitar 27 ribu. Dan peningkatan freight cost itu menjadi salah satu hal yang harus dimitigasi,” imbuh Menko.

|Baca juga: Marsh Specialty: Persaingan Makroekonomi dan Ketidakamanan Geopolitik Jadi Risiko Jangka Panjang

Airlangga juga menyampaikan secara fundamental, perekonomian Indonesia saat ini tumbuh solid di kisaran lima persen dengan inflasi dalam rentang 2,5 persen plus-minus satu persen. Neraca Perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus dan Cadangan Devisa mencapai sekitar US$136 miliar. Dari segi pasar keuangan, dollar index mengalami penguatan di tengah rilis data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan penguatan.

Walau demikian, menurutnya ekskalasi di Timur Tengah tentu meningkatkan ketidakpastian dan yang harus dimitigasi yakni beralihnya aset ke safe haven seperti halnya mata uang dolar AS dan emas. “Nah, nilai tukar dan indeks harga saham itu juga mengalami pelemahan secara global. Namun Indonesia dibandingkan peer countries relatif masih salam situasi aman,” ungkap Menko.

Oleh karena itu, Indonesia perlu mengambil beberapa kebijakan antara lain bauran kebijakan fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, hingga memonitor kenaikan logistik dan kenaikan harga minyak. “Bagi sektor riil, dampak depresiasi nilai tukar dan kenaikan ini salah satu yang dilihat yang tentu sangat berpengaruh terhadap impor. Namun tentu efek juga terhadap eksportir mendapatkan devisa lebih banyak. Tentu ini plus minusnya kita harus jaga,” jelasnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Survei Bank Indonesia: Optimisme Konsumen Meningkat
Next Post Perekonomian Indonesia Masih Hadapi Tantangan

Member Login

or