1
1

Berkelanjutan Pakai Jalur Literasi dan Inklusi

Direktur Utama Allianz Life Syariah Achmad Kusna Permana. | Foto: Allianz Life Syariah

Media Asuransi, JAKARTA – Jumat tengah malam, 17 Januari 2018, menjadi salah satu momen yang tidak terlupakan bagi Dhini Oktavianti. Pasalnya saat itu, ia yang sedang hamil sembilan bulan anak keduanya tiba-tiba mengalami kontraksi. Namun, kontraksi yang terjadi berbeda karena diiringi dengan pecahnya air ketuban.

Dirinya yang sedikit panik langsung membangunkan suaminya yang baru terlelap usai bertugas mengawal Nota Keuangan dan Pidato Presiden di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah melakukan cek sederhana, Dhini bersama sang suami memutuskan untuk langsung ke rumah sakit dan menuju IGD Persalinan di Rumah Sakit Asrama Haji, Jakarta Timur.

|Baca juga: Sompo Insurance Indonesia Sukses Gelar Sompo Road to Bulan Inklusi Keuangan

|Baca juga: QBE Minta Maaf Usai Tidak Tepati Janji Berikan Diskon Asuransi ke Nasabah

Untungnya, Dhini dan suami sudah menyiapkan sejumlah keperluan untuk kelahiran, mulai dari baju ganti, makanan dan minuman, kebutuhan usai persalinan, hingga kartu asuransi. Persiapan itu dilakukan agar saat waktu tiba kelahiran tidak perlu lagi memasukkan baju dan lain-lain. Tinggal berangkat ke rumah sakit dan mengurus persalinan.

Singkat cerita, Dhini dan sang suami tiba di Rumah Sakit Asrama Haji pada Sabtu dini hari, 18 Agustus 2024. Dirinya langsung masuk ke IGD Persalinan dan seketika langsung mendapat perawatan. Sedangkan sang suami setelah mengantarkan Dhini diminta untuk mengurus berkas persalinan.

Tidak berpikir panjang lebar, sang suami langsung mengurus dan tak lupa mendaftarkan diri dengan fasilitas asuransi yang dimiliki. Di sini peran asuransi cukup dirasakan Dhini dan suaminya. Karena, segala sesuatunya langsung di-handle oleh perusahaan asuransi. Artinya, rumah sakit langsung berhubungan dengan pihak asuransi dan Dhini dan suami bisa fokus ke persalinan.

Namun, cobaan datang. Pasalnya, tidak ada pergerakan dari sang bayi yang ada di perut Dhini. Dhini, sang suami, dan dokter pun berlomba dengan waktu. Bahkan, dokter saat itu memberikan peringatan jika sampai Sabtu pagi pukul 06.00 WIB belum ada pergerakan dari sang bayi maka harus ada tindakan berupa operasi caesar atau C-section delivery.

|Baca juga: Makin Tajir Melintir! Elon Musk Raup Rp405 Triliun Usai Saham Tesla Melejit

|Baca juga: Survei Zurich: Keterbatasan Finansial Jadi Penghambat Masyarakat Malaysia Hadapi Iklim Ekstrem

Alhasil, waktunya tiba dan belum ada pergerakan. Tindakan operasi pun dilakukan kurang lebih pukul 06.00 WIB. Lagi-lagi ujian datang. Sang bayi yang keluar dari rahim Dhini tidak menangis. Dokter pun berupaya keras membuat sang bayi menangis tapi tetap tidak menangis. Dokter dengan cepat memutuskan untuk membawa bayi tersebut ke ruang NICU.

Buah hati Dhini dan sang suami pun akhirnya harus dirawat secara intensif di ruang NICU. Sang suami sesudah mengurus Dhini yang baru saja operasi dan memeriksa bayinya yang baru lahir pun sempat diingatkan untuk mengurus berkas anaknya yang baru lahir. Namun, lantaran sibuk mengurus banyak hal, sang suami baru bisa mengurus berkas sang bayi pada hari berikutnya.

Di hari berikutnya, sang suami pun mengurus administrasi dan diberitahukan jika sang anak harus diikutsertakan sebagai peserta asuransi sesuai dengan keanggotaan suami dan Dhini. Sang suami pun segera mengurus kepesertaan bayinya di perusahaan asuransi dengan harapan bisa memitigasi risiko dari sisi biaya. Bersyukur, kepesertaannya dipermudah.

“Alhamdulillah bisa. Tadi sempat diberitahukan oleh petugas administrasi yang mengurus asuransi. Kalau harus bayar sendiri, karena sudah terlewat satu hari dan di ruang NICU, kurang lebih biayanya sudah Rp10 jutaan lebih. Tapi karena ada asuransi, jadi ada penyebaran risiko dari sisi biaya,” kata Dhini, menirukan perkataan sang suami.

Cerita Dhini Oktavianti bisa menjadi salah satu cerita inspirasi bagaimana asuransi bisa memberikan ketenangan, terutama ketika ada risiko yang datang. Hal seperti ini yang sepertinya membuat industri asuransi di Indonesia termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memasang mode kebut untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

|Baca juga: Bos IRDAI Ajak Konglomerat Rambah Industri Asuransi, Bikin Ketiban Durian Runtuh?

|Baca juga: Kebijakan Prabowonomics Disebut Langkah Berani Raih Pertumbuhan Ekonomi Tembus 8%

Regulator jasa keuangan itu meyakini jika literasi dan inklusi keuangan meningkat bakal memberi dampak positif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan imbasnya kepada perekonomian Tanah Air.

OJK mencatat hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen. SNLIK 2024 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah.

“Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia 39,11 persen. Adapun indeks inklusi keuangan syariah 12,88 persen,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi, awal Agustus 2024.

|Baca juga: 6 Cara Efektif Menemukan Produk Asuransi yang Tepat untuk Anda

|Baca juga: Menyalakan Asa Keberlanjutan di Target NZE

Istilah inklusi keuangan menjadi tren setelah krisis 2008 terutama didasari dampak krisis kepada kelompok in the bottom of the pyramid atau pendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran yang umumnya unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar negara maju.

Pada dasarnya, banyak sekali definisi tentang inklusi keuangan. Consultative Group to Assist the Poor (CGAP, 2016) menjelaskan inklusi keuangan adalah akses yang dimiliki rumah tangga dan bisnis terhadap penggunaan produk dan layanan jasa keuangan secara efektif. Produk dan layanan jasa keuangan tersebut harus tersedia secara berkelanjutan dan teregulasi baik.

Meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia

Direktur Utama Allianz Life Syariah Indonesia Achmad K Permana menyebutkan Allianz Indonesia mengambil langkah besar dalam peningkatan tingkat penetrasi asuransi di Indonesia. Salah satunya dengan melakukan spin-off Allianz Syariah yang bertujuan menjangkau kalangan lebih luas dengan berbagai produk yang lebih variatif lagi di dalamnya.

“Ini menjadi bukti komitmen kami dalam menekankan produk dengan nilai inklusif yang dapat diterima lebih luas sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia,“ jelas Permana, dikutip dari keterangannya, Senin, 28 Oktober 2024.

Sebagai salah satu yang ada di industri keuangan terutama asuransi, sejak spin off, PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia (Allianz Syariah) telah melakukan roadshow ke beberapa daerah seperti Medan, Makassar, Balikpapan, Bandung, Semarang, dan Surabaya, serta berbagi perlindungan asuransi jiwa mikro syariah Sekoci Amana ke berbagai komunitas di tiap wilayah.

Permana menambahkan roadshow yang dilakukan termasuk berbagi perlindungan asuransi juga menjangkau pelajar dan mahasiswa di beberapa sekolah dan universitas untuk meningkatkan penetrasi asuransi dari generasi yang lebih muda di fase persiapan dan perencanaan keuangan mereka, dengan dilengkapi perlindungan asuransi syariah.

|Baca juga: Gojek Berikan Literasi Keuangan kepada Mitranya

|Baca juga: Allianz Syariah Berbagi Kebaikan Lewat Program Literasi dan Inklusi 

Guna mengoptimalkan upaya peningkatan literasi dan inklusi tersebut, Allianz Syariah juga aktif melakukan kegiatan literasi keuangan dan asuransi syariah. Salah satu literasi keuangan dan asuransi syariah tersebut disampaikan kepada para murid di SMAN 1 Cicurug – Sukabumi, SMAN 7 Purworejo, dan SMKN 2 Purworejo.

“Hal itu disampaikan melalui program interaktif yaitu Allianz SmartPlan Board Game dengan skenario ekonomi syariah,” kata Permana.

Inisiatif lainnya juga turut dilakukan Allianz Syariah dengan menjadi pembicara di beberapa kesempatan thought leadership untuk berbagi ide mendalam, wawasan, sudut pandang, dan pengetahuan, terkait industri asuransi syariah. Seperti misalnya Insurance Asia Forum oleh Charlton Media untuk berdiskusi tentang tantangan literasi dan penetrasi asuransi.

Lalu baru-baru ini Allianz Syariah berpartisipasi dalam acara Training of Community yang diadakan oleh OJK bekerja sama dengan Universitas Lampung untuk memberikan pemaparan mengenai Potensi Pasar Asuransi Syariah di Indonesia.

“Stabilitas kondisi finansial merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas hidup di masa depan. Perlindungan asuransi mendukung persiapan finansial yang lebih matang bagi setiap individu di segala kondisi,” kata Permana.

Tidak berhenti sampai di situ, Hari Asuransi yang jatuh pada 18 Oktober setiap tahunnya juga dimanfaatkan Allianz Indonesia untuk kembali berpartisipasi dalam acara Literasi Hari Asuransi 2024 yang diselenggarakan oleh Dewan Asuransi Indonesia (DAI) dan berkolaborasi dengan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Salah satu yang disasar adalah pelaku UMKM.

|Baca juga: Transaksi Digital Banking BNI Mencapai Rp1.104 Triliun

|Baca juga: Kredit Permata Bank Naik 8,6% per Kuartal III/2024

Menurut data Kadin Indonesia, pada 2023 pelaku usaha UMKM mencapai sekitar 66 juta. Kontribusi UMKM mencapai 61 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau setara Rp9.580 triliun. UMKM menyerap sekitar 117 juta pekerja (97 persen) dari total tenaga kerja.

Sebagai kontributor PDB yang cukup dominan, penting bagi pelaku UMKM memahami dengan baik cara mengelola keuangan, memahami risiko keuangan, dan pentingnya memiliki perlindungan asuransi sebagai persiapan rencana masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera.

“Para pelaku UMKM merupakan salah satu komunitas yang memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa. Kami sangat berbahagia mendapatkan kesempatan untuk memberikan literasi keuangan dan asuransi kepada para pelaku UMKM,” kata Ketua Yayasan Allianz Peduli Ni Made Daryanti.

Berbagai macam upaya yang dilakukan itu pun membuahkan hasil. Paling baru, Allianz terus melesat ke posisi teratas jajaran brand paling kuat di dunia pada 2024. Kondisi itu didorong oleh proposisi nilai karyawan yang kuat, komitmen untuk membangun kepercayaan melalui keberlanjutan, serta kemitraan bergengsi di bidang olahraga.

Untuk pertama kalinya, Allianz dinobatkan sebagai salah satu dari 30 brand paling bernilai di dunia, naik dua peringkat ke posisi 29 dalam peringkat Best Global Brands dari Interbrand tahun ini. Allianz diakui sebagai brand jasa keuangan paling bernilai untuk keenam kalinya secara berturut-turut.

Hal itu dengan Allianz meningkatkan nilai brand-nya menjadi US$23,5 miliar (pada 2023 sebesar US$20,85 miliar) dan mengungguli pertumbuhan sektor jasa keuangan sebesar tujuh persen. Dengan demikian, Allianz menjadi brand asuransi di posisi paling atas dari brand-brand dari sektor jasa keuangan dan asuransi lainnya menurut Best Global Brand dari Interbrand.

|Baca juga: 8 Strategi Ampuh untuk Melunasi Utang dengan Mudah

|Baca juga: Great Eastern Life Indonesia dan OCBC Luncurkan GREAT Prestige Optima Protector

Allianz Indonesia juga secara resmi menunjukkan pencapaiannya dalam menciptakan budaya tempat kerja yang baik dengan meraih sertifikasi Great Place to Work 2024, yang disematkan oleh Great Place to Work Institute, sebuah lembaga sertifikasi internasional yang juga mengkurasi perusahaan-perusahaan terbaik dalam daftar Fortune 100 Best Companies to Work For®.

Sebagai aset penting perusahaan, Country Manager & Direktur Utama Allianz Life Indonesia Alexander Grenz menyebutkan, seluruh karyawan berhak mengembangkan potensi diri yang dimiliki dan merasakan kenyamanan dalam bekerja.

“Kami di Allianz percaya semangat positif dari karyawan kami akan memberikan pengaruh besar bagi pertumbuhan dan kemajuan perusahaan,” kata Alexander Grenz.

Hari Asuransi

Ketua Panitia Hari Asuransi 2024 Ronny Iskandar mengungkapkan adanya Hari Asuransi dengan berbagai kegiatan literasinya diharapkan membuat kepercayaan masyarakat terus bertumbuh. Kemudian menjadi harapan bersama bahwa edukasi dan literasi keuangan khususnya asuransi dapat lebih dipahami dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

“Pada akhirnya masyarakat menyadari perencanaan keuangan diperlukan dengan tetap memperhatikan Pilar Perlindungan yang dapat memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan di masa yang akan datang sehingga menjadikan asuransi sebagai salah satu pilar terpenting perekonomian di Indonesia,” kata Ronny.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono menegaskan industri perasuransian harus lebih gencar melakukan literasi dan inklusi asuransi kepada masyarakat. Upaya untuk meningkatkannya adalah dengan membangun kepercayaan mengingat tingkatnya di masyarakat terhadap asuransi masih rendah.

|Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Apa Itu Polis Asuransi dan Jenisnya

|Baca juga: Aku Merajut Masa Depan Lewat Pasar Saham

“Melalui momen Hari Asuransi sangat penting bagi OJK dan para pelaku di perasuransian. Kegiatan ini tidak bisa dikerjakan sendiri tetapi harus dikerjakan secara bersama-sama dengan semua asosiasi yang menjadi anggota DAI, ada 12 asosiasi. Untuk itu perlu ada kolaborasi yang berkelanjutan dalam membangun ekosistem perasuransian yang sehat,” kata Ogi.

Ogi menambahkan tingkat literasi di Indonesia masih yang terendah di Asia Tenggara. Di sisi lain, potensi yang dimiliki terbilang sangat besar. Rendahnya literasi asuransi dan penetrasi asuransi di Tanah Air dapat disebabkan karena kurangnya minat masyarakat terhadap keuangan atau kurangnya kepercayaan masyarakat kepada produk asuransi.

Selain itu, Ogi mengakui, OJK saat ini masih dihadapkan pada banyak permasalahan di perusahaan asuransi pada masa lalu. Kemudian di saat yang bersamaan ada tantangan untuk bagaimana membangun ekosistem dan infrastruktur industri perasuransian di masa depan.

“OJK sudah bertindak tegas terhadap perusahaan-perusahaan asuransi bermasalah (sebagai bagian dari) perlindungan kepada konsumen,” tegasnya.

|Baca juga: Akankah GenAI Menjadi Ancaman bagi Para Pekerja di Masa Depan?

|Baca juga: FIFGROUP Tawarkan Promo Menarik di IMOS 2024

Mengutip data KSSK, total aset industri asuransi per Agustus 2024 mencapai Rp1.132,49 triliun atau tumbuh 1,32 persen yoy. Kinerja asuransi komersial berupa akumulasi pendapatan premi meningkat di Agustus 2024 mencapai Rp218,55 triliun atau tumbuh 5,82 persen yoy.

Sedangkan permodalan di industri asuransi komersial pada Agustus 2024 masih solid secara agregat dengan Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi jiwa tercatat sebesar 457,02 persen dan asuransi umum/reasuransi sebesar 323,74 persen atau terjaga jauh di atas ambang batas 120 persen.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Peringkat Bank Tabungan Negara (BTN) Diafirmasi AA+ Outlook Stabil
Next Post OJK Terbitkan Tiga Pedoman Produk Perbankan Syariah
mediaasuransi_pd_728x90_std_hsbc mediaasuransi_pd_300x600_std_hsbc mediaasuransi_pd_300x250_std_hsbc mediaasuransi_pd_320x100_std_hsbc mediaasuransi_pd_320x50_std_hsbc mediaasuransi_pd_320x480_std_hsbc

Member Login

or