Ada hasil survei yang menggembirakan mengenai kekayaan finansial rumah tangga di kawasan Asia yang ternyata tumbuh pesat. Hal ini terungkap oleh survei tahunan yang dilakukan kelompok lembaga keuangan Allianz SE, yang bertajuk Allianz Global Wealth Report 2016.
Global Wealth Report, yang mengkaji kekayaan (assets) dan utang (debts) dalam rumah tangga di lebih dari 50 negara seluruh dunia, mengungkapkan bahwa perbedaan yang besar dalam tiap kawasan bukan hanya dikarenakan oleh perbedaan secara ekonomis tapi juga oleh kematangan dari sistem-sistem finansial di negara-negara yang disurvei. Persentase dari jumlah penduduk yang mempunyai akses ke suatu rekening dalam lembaga keuangan merupakan salah satu dari indikator bagaimana kematangan sistem finansial di suatu negara, sebagaimana dilaporkan oleh Asian Insurance Review mengutip Global Wealth Report 2016. Di Jepang, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, lebih dari 90 persen penduduk di atas umur 15 tahun mempunyai suatu rekening bank dan dengan demikian mempunyai akses ke pelayanan jasa keuangan. Sementara itu, di Republik Rakyat Cina, yang mempunyai akses ke pelayanan jasa keuangan mencapai 79 persen menurut data 2014.
Komposisi dari aset keuangan di rumah tangga bervariasi sejalan dengan kematangan dari sistem-sistem keuangan nasional suatu negara. Rumah tangga orang-orang Asia, menurut Global Wealth Report 2016 dari Allianz, telah menginvestasikan ratarata kekayaan keuangannya sebesar 47 persen dalam bentuk deposito di bank. Hal ini menunjukkan bahwa tabungan, giro, dan deposito berjangka merupakan kekayaan finansial yang populer selama 2015 –yang berarti melebihi minat investasi di saham (34 persen), asuransi jiwa, dan dana pensiun (18 persen), serta di instrumen investasi lainnya yang satu persen.
Salah satu alasan mengapa deposito di bank masih sangat dominan di Asia adalah bahwa rumah tangga di Jepang telah mempunyai sikap yang ragu terhadap investasi di saham karena sedang terjadi siklus menurun di pasar modal. Sehingga mereka lebih memilih untuk menaruh uangnya di deposito. Sebaliknya, sikap yang berubah secara besar-besaran justru terjadi di rumah tangga di Cina, yang malah mulai memindahkan kekayaan keuangannya ke produk-produk keuangan –yang juga ditawarkan oleh bank– yang menjanjikan hasil yang lebih tinggi dalam tahun-tahun terakhir ini.
Menurut Global Wealth Report 2016 dari Allianz, Indonesia dan India mempunyai persentase tertinggi yang rumahtangganya menyimpan kekayaan keuangan di deposito, yaitu Indonesia mencapai 71 persen dan India sebesar 58 persen. Sementara itu, di Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand, rumah tangga yang menyimpan kekayaan keuangannya di deposito bank antara 40 persen dan 43 persen. Di Singapura ternyata deposito bank hanya diminati oleh 37 persen rumah tangga di sana sebagai tempat menyimpan kekayaan finansial mereka.
Apa yang diungkapkan dalam hasil survei tahunan Global Wealth Report 2016 oleh Allianz menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga di negara-negara kawasan Asia, terutama Indonesia, yang masih menyimpan kekayaan finansialnya di deposito bank. Mungkin karena kekhawatiran menurunnya indeks di pasar modal seperti di Jepang dan belum sepenuhnya paham mengenai asuransi jiwa seperti yang terjadi di Indonesia. Padahal, investasi dan proteksi risiko dalam asuransi jiwa bisa digabungkan sekaligus dalam suatu produk. Bahkan, produk asuransi umum pun sudah akan diperbolehkan dikaitkan dengan investasi, sebagaimana direncanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mucharor Djalil
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News