Media Asuransi, JAKARTA – Mirae Sekuritas mempertahankan pandangan netral terhadap sektor batu bara Indonesia karena kenaikan harga minyak yang dapat meningkatkan biaya para penambang.
Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia Sector Update bertajuk Coal monthly navigator (Neutral) – August 2023: Prices to remain elevated but increasing fuel prices may offset companies’ earnings, analis Mirae Sekuritas Rizkia Darmawan menjelaskan dinamika global, seperti potensi krisis pasokan di Australia dan produksi domestik yang lamban di China dan India, serta meningkatnya konsumsi listrik, menciptakan potensi kenaikan permintaan batu bara Indonesia.
|Baca juga: Harga Minyak Mentah WTI dan Batu Bara Newcastle Diperkirakan Cenderung Menguat
Hingga Agustus 2023, jelasnya, Indonesia telah memproduksi 504,4 juta ton batu bara (+12% YoY). Produksi diperkirakan akan lebih baik di bulan-bulan mendatang karena musim kemarau yang akan datang dari El-Nino. Konsumsi dan ekspor batu bara domestik tetap kuat di 176,0 juta ton (+7,2% YoY) dan 237,6 juta ton (+7,3% YoY), masing-masing.
Dalam jangka pendek, Rizkia menjelaskan harga batu bara diperkirakan akan tetap tinggi mengingat dinamika yang disebutkan sebelumnya. “Secara keseluruhan, kami mempertahankan proyeksi harga Newcastle kami, dengan kecenderungan harga untuk jatuh di antara skenario base/bullish kami pada kuartal ketiga 2023.”
Menurut dia, potensi peningkatan permintaan dan harga yang tetap tinggi dapat mendukung pendapatan perusahaan. Namun, kenaikan harga minyak dapat meningkatkan biaya para penambang. “Oleh karena itu, kami mempertahankan pandangan Netral kami terhadap sektor batu bara Indonesia.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
