Media Asuransi, JAKARTA – Para ahli mencermati turunnya harga minyak mentah dunia yang terjadi belakangan ini. Dengan turunnya harga minyak mentah dunia itu, dinilai bisa mempengaruhi turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis BBM Penugasan seperti Pertalite dan Solar Subsidi.
Dengan turunnya harga minyak mentah dunia, subsidi pemerintah dinilai bisa ikut menurun. Sehingga, harga BBM Pertalite yang saat ini Rp10.000/liter bisa kembali lagi ke angka Rp7.650/liter, begitu juga Solar Subsidi.
Baca juga: Banyak Apartemen Diobral di Jakarta, Ini Daftarnya
Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu siang, 28 September 2022, harga minyak mentah dunia jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2022 turun 1,24% ke level US$ 85,20 per barel. Sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2022 turun 1,24% ke level US$ 77,53 per barel.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai dengan tren penurunan harga minyak mentah, maka ini menjadi sinyal positif bagi beban subsidi energi yang akan ikut turun. Dengan begitu, pemerintah mempunyai kesempatan untuk menurunkan harga BBM jenis subsidi ke angka sebelum terjadinya kenaikan.
“Langkah ini harus dilakukan karena tidak adil apabila harga minyak mentah turun beban subsidi menurun pemerintah masih mempertahankan harga BBM yang mahal. Nah jadi ada kemungkinan Pertalite turunkan lagi setidaknya di bawah Rp 7.650 per liter atau kembali ke level Rp 7.650 per liter dan solar sekitar Rp 5000 per liter,” kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Rabu, 28 September 2022.
Untuk diketahui, berdasarkan data Bloomberg pada Rabu pukul 13.00 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2022 turun 1,24% ke level US$ 85,20 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2022 turun 1,24% ke level US$ 77,53 per barel.
Baca juga: Menilik Strategi Harga Matahari Department Stores (LPPF)
Sementara, sebagai badan usaha yang ditugaskan menyalurkan BBM di masyarakat, Pertamina kemungkinan akan melakukan penyesuaian harga di tengah tren penurunan harga minyak mentah. Hal ini sudah dilakukan untuk produk BBM non subsidi beberapa waktu lalu yang mengalami penurunan harga.
“Untuk BBM Non Subsidi kemungkinan penyesuaian tentu ada. Ini sudah dibuktikan pada harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex pada awal September lalu yang mengalami penurunan,” ujar Irto.
Menurut Irto, sebagai Jenis bahan bakar umum (JBU) atau BBM non subsidi yang pengaturan harganya diatur dalam Kepmen ESDM No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU), Pertamina selaku badan usaha juga akan mengevaluasi harga jual BBM non subsidinya setiap bulan.
“Namun selain harga minyak mentah, perlu juga dilihat faktor lain seperti kurs, MOPS dll. Karena faktor faktor tersebut juga menjadi pertimbangan untuk menentukan harga selain harga minyak mentah,” kata dia.
Sedangkan, badan usaha swasta seperti Shell Indonesia mengungkapkan bahwa perusahaan hingga kini masih memantau pergerakan minyak mentah. VP Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea, menjelaskan bahwa Shell mengatakan pihaknya masih mencermati kondisi pasar terkait harga minyak dunia. “Namun dapat kami sampaikan bahwa penetapan harga BBM Shell dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor,” kata dia.
Diantaranya seperti harga produk minyak olahan berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), kondisi dan volatilitas pasar, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional, kinerja perusahaan serta aktivitas promosi yang sedang berjalan.
“Dapat kami sampaikan bahwa penyesuaian harga yang kami lakukan masih sejalan dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM,” ujarnya. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News